Umumnya, negara bagian memberikan semua suara elektoral kepada siapa pun pemenang. Misalnya, jika seorang capres memenangkan 50,1 persen suara di Texas, mereka akan mendapat semua suara elektoral yakni 38.
Alternatif lain, seorang capres bisa menang telak dan masih memperoleh jumlah suara elektoral yang sama.
Oleh karena itu, sangat mungkin bagi seorang kandidat untuk memenangkan posisi presiden melalui persaingan ketat di negara bagian, meskipun total suara secara nasional yang didapat lebih sedikit.
Hanya ada dua negara bagian yakni Maine dan Nebraska yang membagi suara Electoral College menurut proporsi suara yang diterima masing-masing kandidat. Inilah sebabnya mengapa capres lebih mengincar negara bagian tertentu, ketimbang memenangkan sebanyak mungkin suara nasional.
Setiap kemenangan di negara bagian, semakin mendekatkan mereka dengan 270 suara elektoral yang dibutuhkan.
Dua dari lima pilpres AS sebelum 2020 dimenangkan oleh kandidat yang memiliki suara lebih sedikit dibandingkan pesaing mereka. Para capres bisa saja lebih populer dari pesaingnya, namun gagal memenangkan 270 suara elektoral.
Pada 2016, selisih suara yang didapat Donald Trump hampir 3 juta suara lebih sedikit daripada Hillary Clinton, namun dia memenangkan kursi presiden. Itu karena suara elektoral yang didapatnya lebih banyak.
Pada 2000, George W Bush memenangkan 271 suara elektoral, meskipun kandidat dari Partai Demokrat, Al Gore, memenangkan suara populer dengan selisih 500.000 lebih.
Tiga presiden lain yang terpilih tanpa memenangkan suara populer adalah John Quincy Adams, Rutherford B Hayes, dan Benjamin Harrison, semuanya terjadi di abad ke-19.