TEL AVIV, iNews.id - Pasukan Israel untuk pertama kali sejak 50 tahun memasuki wilayah Suriah di luar wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Mereka merebut pos-pos di zona penyangga yang sebelumnya dijaga pasukan pemerintah Suriah.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Gideon Saar mengklaim, kehadiran militernya di wilayah Suriah hanya sementara.
Pengerahan pasukan ke wilayah Suriah, kata Saar, merupakan langkah terbatas dan sementara bertujuan untuk memastikan keamanan Israel selama kekacauan pasca-tumbangnya pemerintahan Bashar Al Assad.
"Satu-satunya kepentingan kami adalah keamanan Israel," ujarnya, dikutip dari Al Jazeera, Senin (9/12/2024).
Sementara itu lembaga HAM Syrian Observatory for Human Rights menyatakan Israel terus melancarkan serangan udara ke Suriah, menargetkan posisi dan gudang senjata di berbagai wilayah.
“Sejak beberapa jam pertama setelah pengumuman jatuhnya rezim sebelumnya, Israel melancarkan serangan udara intensif, sengaja menghancurkan gudang senjata dan amunisi,” bunyi laporan lembaga yang berbasis di Inggris itu.
Lokasi yang menjadi target serangan pada Minggu malam termasuk gudang senjata pertahanan udara dan amunisi milik militer Suriah di Provinsi Latakia dan Tartus.
Israel juga melancarkan serangan di selatan menargetkan Tal Al Hara, dekat Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel serta markas militer di Izraa, Provinsi Daraa.
Serangan berikutnya menghancurkan gudang penyimpanan senjata anti-tank di Qalamoun, pinggiran Damaskus.
Sebelumnya dua sumber pejabat Israel mengatakan kepada surat kabar AS The New York Times (NYT), pasukan Israel memasuki wilayah Suriah untuk pertama kali sejak Perang Yom Kippur 1973.
Alasannya para pejabat Israel khawatir kelompok oposisi bersenjata Suriah menguasai fasilitas militer di dekat Dataran Tinggi Golan kemudian menggunakannya untuk melawan Israel.