BANGKOK, iNews.id - Sebuah kelompok pemantau pemilihan umum (pemilu) regional mengritik hasil awal penghitungan suara pemilu yang digelar di Thailand, Minggu (24/3). Lembaga itu menyebut penghitungan suara 'sangat bercacat.'
Hasil pendahuluan yang dirilis pada Senin (25/3) oleh komisi pemilu negara itu menunjukkan, Phalang Pracharat, yang didukung militer, unggul dalam penghitungan suara.
Namun partai populis Pheu Thai memimpin dalam jumlah kursi di parlemen dengan perolehan 137 berbanding 97 kursi untuk Phalang Pracharat. Komisi menyalahkan hasil yang membingungkan dan bertentangan itu adalah akibat kesalahan manusia.
Dilaporkan Associated Press, Rabu (27/3/2019), The Asian Network for Free Elections mengeluarkan pernyataan pada Selasa (26/3) yang menyebut hasil yang tidak akurat merusak apa yang dipersepsikan sebagai integritas pemilu.
Hasil awal membuat kedua partai sama-sama mengklaim mereka memiliki mandat sah untuk membentuk pemerintahan koalisi pascajunta. Phalang Pracharat dipimpin oleh panglima militer Prayut Chan-ocha, yang memimpin junta sejak menyingkirkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pada 2014.
Sementara itu, Pheu Thai berafiliasi dengan saudara Yingluck, Thaksin, seorang miliuner di bidang telekomunikasi yang digulingkan dalam kudeta pada 2006. Partai-partai yang terkait dengan Thaksin menang dalam setiap pemilu sejak 2001.
Hasil akhir diperkirakan diumumkan paling cepat pada 9 Mei mendatang.