Lam mencatat, dirinya memiliki beberapa pilihan begitu masalah diangkat ke tingkat nasional, referensi kepada kepemimpinan di Beijing.
"(Masalah) kedaulatan dan tingkat keamanan, apalagi di tengah-tengah ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara dua ekonomi besar di dunia," ujarnya.
"Dalam situasi seperti itu, ruang politik untuk kepala eksekutif yang, sayangnya harus melayani dua tuan dengan konstitusi, yaitu pemerintah pusat dan rakyat Hong Kong, ruang politik untuk bermanuver sangat, sangat, sangat terbatas," tuturnya.
Aksi demonstrasi ini awalnya dipicu oleh penolakan terhadap rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang memungkinkan kriminal diekstradisi ke China daratan. Aksi protes yang terus meningkat membuat Lam menangguhkan pembahasan RUU itu pada 15 Juni.
Beberapa pekan kemudian, pada 9 Juli, dia mengumumkan bahwa RUU itu sudah tamat.