KAIRO, iNews.id - Perang antarsuku berlangsung selama dua hari di wilayah Darfur, Sudan barat. Dalam aksi saling serang itu, sedikitnya lima orang tewas.
Para pemimpin suku dan kelompok hak asasi pada Jumat (24/3/2023) mengatakan, kekerasan pecah antara suku Masalit Afrika dan penggembala Arab di Darfur Barat pada Kamis (23/3/2023) hingga Jumat. Pemicu kekerasan yakni dua orang bersenjata menembak mati seorang pedagang di sebuah daerah terpencil.
Dalam sebuah pernyataan, Suku Masalit menuduh milisi Arab berada di balik pembunuhan itu. Aksi itu memicu serangkaian serangan terencana yang menewaskan sedikitnya empat orang.
Lima korban tewas telah dikonfirmasi oleh Darfur Bar Association, sebuah kelompok hukum Sudan yang berfokus pada hak asasi manusia. Kelompok tersebut meminta kedua belah pihak untuk meredakan ketegangan.
Sudan mengalami kekacauan setelah kudeta militer, yang dipimpin oleh Jenderal tertinggi negara itu Abdel-Fattah Burhan. Dia berhasil menggulingkan pemerintah yang didukung Barat pada Oktober 2021 dan mengakhiri transisi singkatnya menuju demokrasi.
Sejak pengambilalihan militer, Sudan juga mengalami lonjakan kekerasan antarsuku di barat dan selatan negara itu.
Analis melihat kekerasan dan ketidakamanan yang tumbuh di daerah-daerah terpencil di Sudan sebagai produk dari kekosongan kekuasaan yang disebabkan oleh pengambilalihan militer.