Dilansir dari Daily Star, penyakit ini diperkirakan dapat kembali menulari manusia. Wabah di peternakan cerpelai menunjukkan hewan yang terinfeksi dapat menularkan virus kembali ke manusia.
Babi juga dapat menjadi inang virus corona. Pada tahun 2018, para peneliti mengidentifikasi jenis virus corona pada kelelawar yang kemudian membunuh sekitar 25.000 babi di Cina selatan.
Babi dan manusia merupakan sasaran dari banyak penyakit yang sama. Seorang ahli virologi di Institut Penelitian Federal untuk Kesehatan Hewan di Greifswald, Jerman, Martin Beer mengatakan kepada jurnal ilmiah Nature, ilmuwan selalu takut jika babi terlibat.
Dia menunjukkan, sekitar 300 juta babi diternakkan di China, tempat pandemi awalnya dimulai.
Meski demikian, Presiden organisasi penelitian nirlaba Ecohealth Alliance di New York, Peter Daszak mengatakan, babi relatif tahan terhadap Covid-19.
“Dengan volume produksi babi secara global, itu akan menjadi masalah besar,” katanya.