Menurut Schechter, jika ada satu bangunan yang khusus didedikasikan untuk mempelajari segala hal tentang alat kelamin laki-laki, mengapa hal yang sama tidak dilakukan untuk perempuan.
Melalui lokakarya, ceramah, dan acara sosial, dia mengampanyekan untuk mendirikan museum yang bisa menjadi solusi dalam mengatasi masalah-masalah sensitif alat kelamin perempuan. Di dalamnya juga mengungkap seputar kekerasan seksual, seperti pemerkosaan dan KDRT.
"Ini benar-benar penting karena alat kelamin merupakan bagian tubuh yang distigmatisasi mengarah pada beberapa konsekuensi dunia nyata. Apa saja dan segala sesuatu yang tabu dengan bagian tubuh, itu termasuk yang akan kami bahas di sini," katanya, dikutip dari Mirror, Jumat (20/9/2019).
Dia mencontohkan, beberapa perempuan, baik anak-anak maupun dewasa, canggung untuk memeriksakan kandungan, seperti mendeteksi kanker rahim atau menstruasi. Melalui museum ini diharapkan akan tumbuh kesadaran bagi kaum hawa untuk lebih menjaga organ vital mereka.
Survei yang dilakukan badan amal Jo's Cancer Serviks pada Januari 2019 mengungkap, 1 dari 4 perempuan di Inggris tidak melakukan pemeriksaan kanker rahim. Dari jumlah itu, hampir 75 persennya beralasan tidak mau memeriksakan kanker rahim karena malu.