SEOUL, iNews.id - Warga Korea Selatan (Korsel) marah atas keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membatalkan pertemuan dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un.
Mereka merasa dikhianati dan gagal meraih kesempatan bisa hidup dalam kedamaian, setelah puluhan tahun dilanda ketegangan dengan Korut.
Puluhan mahasiswa dan aktivis hak-hak perempuan melakukan aksi protes di Seoul, Jumat (25/5/2018), mengecam keputusan Trump itu. Mereka menilai Trump tidak adil dan terkesan mengambil keuntungan sepihak.
Trump diketahui membatalkan pertemuan yang sedianya digelar di Singapura pada 12 Juni, setelah berbulan-bulan ada kemajuan diplomatik antara Korut dan AS.
“Korea Utara sedang dalam proses melakukan semua yang dituntut darinya. Mereka bahkan meledakkan lokasi uji coba nuklir mereka,” kata seorang pekerja, Eugene Lim (29), seperti dilaporkan Reuters.
“Trump tidak tertarik pada perdamaian di negara kami. Kenapa dia tidak membiarkan kita, kedua Korea, hidup dalam damai?” ujar Lim.
Lim mengatakan Korut sudah meledakkan lokasi uji coba senjata nuklir yang berlokasi Punggye-ri, Kamis (24/5), untuk memastikan penghentian uji coba nuklir secara transparan.
Penghancuran fasilitas nuklir itu turut mengundang puluhan jurnalis internasional. Sebelumnya Kim berjanji menghentikan semua uji coba senjata nuklir dan rudal jarak jauh.
Kim juga membebaskan tiga tahanan AS sebagai iktikad baik untuk bertemu Trump.
Seorang demonstran, Kim Dong Ho (38), justru membela Korut. Menurut dia, langkah untuk kembali mengisolasi Korut saat negara itu berupaya bergabung dengan komunitas internasional, itu tidak benar.
"Lagi pula, kami yang tinggal di Semenanjung Korea menderita konsekuensi dari tindakan Anda (Trump)," kata Kim Dong Ho.
“Rasanya seperti Trump meruntuhkan semua upaya yang telah dibuat oleh kedua Korea untuk pertemuan AS-Korea Utara. Bagi saya, rasanya seperti Korea Utara lebih dari negara yang normal, dengan mengatakan akan memberi waktu untuk AS dan menunggu,” kata pengunjuk rasa lain, Yun Hae Ri (25).
"Saya tidak berpikir Trump melakukan hal yang benar jika dia ingin memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian," sebut Yun.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump membatalkan pertemuan dengan Kim Jong Un, Kamis (24/5). Melaluu akun Twitter-nya, Trump mengunggah surat terbuka kepada Kim untuk mengumumkan pembatalan pertemuan yang sedianya digelar di Singapura pada 12 Juni.
Trump menyebut, pertemuan itu sebenarnya tidak perlu dan tetap akan merugikan dunia. Dia juga menyebut alasan pembatalan, salah satunya Korut melancarkan perselisihan terbuka dengan AS.