Dia lantas membandingkan situasi keamanan saat ini dengan Krisis Rudal Kuba 1962. Kala itu, Amerika Serikat mengerahkan rudal jarak menengah di Turki. Tindakan Washington DC itu kemudian dibalas Uni Soviet dengan mengerahkan militernya di Kuba.
Namun, perang terbuka dapat dihindarkan pada waktu itu berkat diplomasi. Kedua belah pihak (AS dan Uni Soviet) pun akhirnya mengakui keprihatinan yang sama di bidang keamanan.
Juvin berpendapat, dalam situasi saat ini, Washington DC harus memperhitungkan kekhawatiran Moskow dan menarik rudal jarak menengahnya dari Polandia dan Rumania. AS juga disarankan untuk menutup pusat-pusat penelitian senjata biologi dan kimia di dekat perbatasan Rusia.
“Sayangnya, diplomasi Amerika yang dulunya menghormati kekuatan lain, kini telah jatuh ke tangan kaum neokonservatif, yang secara alkitabiah bermimpi menghancurkan musuh,” kata dia.
“Bahaya utamanya adalah mengabaikan kenyataan, yang menjadi ciri khas politik Amerika hari ini, dan kini juga menjadi politik Eropa. Tidak ada yang lebih berbahaya dalam politik luar negeri daripada membagi-bagi orang menjadi bad guys (orang jahat) dan good guys (orang baik),” ujar Juvin lagi.