RAMALLAH, iNews.id - Presiden Palestina Mahmoud Abbas menilai pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, akan mempersulit negosiasi untuk mengakhiri operasi militer Israel di Jalur Gaza. Dia pun menuduh pihak zionis sengaja berusaha memperpanjang dan memperluas konflik.
Haniyeh tewas saat berada di Teheran, seusai menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, pekan lalu. Hamas menyalahkan Israel atas pembunuhan pemimpinnya itu.
"Tidak diragukan lagi bahwa tujuan pembunuhan Haniyeh adalah untuk memperpanjang perang dan memperluas cakupannya. Ini akan berdampak negatif pada perundingan yang sedang berlangsung untuk mengakhiri agresi dan menarik pasukan Israel dari Gaza," kata Abbas dalam sebuah wawancara dengan Sputnik, Senin (5/8/2024).
"Tetapi kami menyerukan kepada rakyat kami untuk tetap teguh, bersatu, dan sabar dalam menghadapi pendudukan (Israel) ini," ujarnya.
Dia menuturkan, Otoritas Nasional Palestina (PNA) yang dia pimpin mengutuk pembunuhan Haniyeh, meski konflik PNA dengan Hamas telah berlangsung lama. "Kami menganggap ini tindakan pengecut dan perkembangan berbahaya dalam politik Israel," kata Abbas.
Dia pun mendesak Israel meninggalkan ambisi mereka untuk memperpanjang perang dan menghentikan tindakan agresif mereka terhadap rakyat Palestina. Israel harus mematuhi hukum internasional dan melaksanakan Prakarsa Perdamaian Arab, serta gencatan senjata dan penarikan pasukan dari Jalur Gaza secara permanen dan secepatnya.
Prakarsa Perdamaian Arab yang dimaksud Abbas menawarkan Israel kesempatan untuk menormalisasi hubungan dengan negara-negara tetangga zionis di Timur Tengah dengan imbalan pembebasan wilayah Palestina yang diduduki.