Upayanya tersebut membawa dialog yang erat sekaligus kemunduran yang menyakitkan dengan pemimpin Rusia itu. Tak lama setelah dia terpilih sebagai presiden Prancis, Macron menyambut dengan penuh hormat Putin di Istana Versailles. Namun dia juga menggunakan kunjungan Putin kala itu untuk secara terbuka mengecam campur tangan Rusia selama Pemilu Prancis.
Dua tahun kemudian, kedua presiden itu bertemu di kediaman musim panas presiden Prancis.
Sayangnya, banyak tawaran Macron yang tidak berhasil mencegah masuknya Rusia ke dalam lingkup pengaruh tradisional Prancis di Afrika. Puncaknya terjadi pada akhir tahun lalu, ketika tentara bayaran Rusia datang ke Mali. Para pejabat Prancis berpendapat, tentara bayaran itu didukung oleh Kremlin.
Negara-negara Eropa Timur yang menderita puluhan tahun di bawah pemerintahan Soviet telah mengkritik sikap kooperatif Macron di Rusia. Mereka pun mencurigai pembicaraan Macron tentang negosiasi keamanan Eropa dengan Rusia hari ini.
Untuk menangkis kecurigaan itu, sebelum perjalanan ke Moskow, Macron berkonsultasi lebih dulu dengan para pemimpin Barat lainnya, termasuk Boris Johnson dari Inggris dan Presiden AS Joe Biden.
“Bagi sang presiden (Macron), kunjungan ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepemimpinannya di Eropa. Bahwa dia di atas tak terlibat pertikaian di bawah (tak memikirkan pencalonannya dalam pemilu),” kata salah satu sumber Pemerintah Prancis.