Gelombang protes terhadap Rajoelina dimulai pada pertengahan 2025. Gerakan itu dipelopori kaum muda yang terinspirasi oleh semangat “kebebasan melawan tirani” dari anime One Piece. Mereka membawa bendera bajak laut Straw Hat Pirates sebagai simbol perlawanan terhadap kekuasaan yang dianggap menindas.
Awalnya, aksi itu berlangsung damai dan penuh kreativitas. Namun, ketika aparat menindak keras demonstran dan menangkap sejumlah aktivis, situasi memanas. Bentrokan meletus di berbagai kota, termasuk Antananarivo.
Sebagian pasukan elite Madagaskar kemudian membelot dan menyatakan dukungan terhadap demonstran. Tekanan politik dan sosial yang meningkat akhirnya membuat parlemen melakukan voting pemakzulan terhadap Presiden Rajoelina pada Oktober 2025.
Pemakzulan Rajoelina menandai berakhirnya era politik yang penuh kontroversi di Madagaskar. Dia dikenang sebagai sosok muda yang pernah membawa harapan baru bagi bangsanya, namun juga sebagai pemimpin yang gagal menjawab tuntutan perubahan generasi berikutnya.
Kini, negara pulau di Afrika Timur itu tengah bersiap menghadapi masa transisi politik yang belum pasti, sementara para pendukung gerakan One Piece menyerukan reformasi total dan pemilu baru yang lebih demokratis.