Meningkatnya kekuatan kelompok-kelompok ini di sepanjang perbatasan dan ketidakstabilan di seluruh Suriah utara membuat Turki khawatir.
Upaya kudeta yang gagal terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Juli 2016 oleh kelompok sempalan militer Turki, memberi alasan pemerintah untuk menindak tegas para pengkritik pemerintah, termasuk PKK. Sebulan kemudian Turki melancarkan serangan ke Suriah barat laut, bertujuan untuk menjauhkan PKK dari perbatasan dan mencegah Kurdi Suriah yang berpihak pada PKK memperluas jangkauan ke arah barat.
Pada 2024, ketika negara-negara tetangga Turki semakin tidak stabil akibat konflik di Suriah, perang Israel melawan Hamas dan Lebanon, para pejabat berupaya untuk meningkatkan dukungan di dalam negeri.
Pada akhir 2024, pemerintah Turki mulai menunjukkan sinyal terbuka untuk menyudahi konflik dengan PKK jika kelompok itu bersedia membubarkan diri. Diskusi intensif pun dilakukan antara pejabat Turki, Ocalan, dan perwakilan Kurdi.
Puncaknya terjadi pada Februari 2025, saat PKK mengumumkan kesediaan untuk menyepakati gencatan senjata permanen dan membubarkan diri. Pada awal Mei 2025, organisasi ini mengadakan pertemuan puncak yang secara resmi memutuskan pelucutan senjata dan pembubaran total PKK.
Profil PKK Kurdi adalah cerminan perjuangan panjang etnis Kurdi dalam meraih pengakuan dan hak mereka di kawasan. Meskipun kelompok ini telah bubar, dampak dari keberadaannya selama lebih dari 40 tahun akan tetap menjadi bagian penting dalam sejarah modern Timur Tengah dan hubungan antara Turki dan etnis Kurdi.