Pada Mei 2025, Eto menghadapi kritik tajam setelah pernyataannya dalam sebuah seminar di Prefektur Saga bahwa ia tidak perlu membeli beras karena telah menerima banyak sebagai hadiah dari para pendukungnya.
Pernyataan ini dianggap tidak sensitif, terutama di tengah krisis harga beras yang melonjak hampir dua kali lipat dalam setahun terakhir akibat panen yang buruk, inflasi pangan, serta meningkatnya permintaan terkait kunjungan turis.
Meski Eto mengklarifikasi bahwa ia merujuk pada beras cokelat dan tetap membeli beras putih untuk konsumsi pribadi, tekanan kuat dari publik dan kubu oposisi mendorongnya untuk mengundurkan diri.
Setelah pengunduran diri Eto, Perdana Menteri Shigeru Ishiba menunjuk Shinjirō Koizumi, mantan Menteri Lingkungan Hidup yang juga putra mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi, sebagai penggantinya.
Koizumi berkomitmen untuk segera menangani krisis harga beras dan menstabilkan pasokan pangan nasional. Insiden ini menambah tekanan pada pemerintahan Ishiba, yang sudah menghadapi penurunan popularitas menjelang pemilihan majelis tinggi pada Juli 2025.