STEPNAKERT, iNews.id – Rusia mulai mengerahkan 2.000 tentara penjaga perdamaian ke Nagorno-Karabakh pada Selasa (10/11/2020). Langkah itu menyusul kesepakatan damai antara Armenia dan Azerbaijan untuk mengakhiri pertempuran sengit yang berlangsung berminggu-minggu terkait dengan wilayah yang disengketakan itu.
Perjanjian yang ditengahi Moskow itu dicapai setelah serangkaian kemenangan Azerbaijan dalam perjuangannya untuk merebut kembali daerah Nagorno-Karabakh dari separatis Armenia.
Kemenangan Azerbaijan langsung dirayakan oleh penduduk di negeri mayoritas Muslim itu. Sementara, peristiwa tersebut memicu kemarahan di Armenia. Para pengunjuk rasa turun ke jalan untuk mengecam pemimpin mereka karena kehilangan Karabakh—yang terus berusaha melepaskan diri dari kendali Azerbaijan sejak runtuhnya Uni Soviet.
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan; Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, dan; Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan kesepakatan damai kedua negara pada Selasa (10/11/2020) dini hari. Pashinyan menggambarkan perjanjian itu sebagai sesuatu yang “sangat menyakitkan bagi saya dan rakyat kami”. Sementara, Aliyev menyebut perjanjian itu sama dengan bentuk “ketundukan” Armenia.
Isi lengkap kesepakatan itu menunjukkan keuntungan yang jelas bagi Azerbaijan. Pasukan negara itu akan mempertahankan kendali atas daerah-daerah yang direbut dalam pertempuran tersebut, termasuk kota utama Shusha. Sementara, pihak Armenia menyetujui jadwal untuk mundur dari sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh.