Duka Keluarga yang Tak Berujung
Bagi keluarga Ramesh, tragedi itu menghancurkan segalanya. Ibunya dikabarkan mengalami depresi berat dan memilih mengurung diri di rumah sejak menerima kabar kematian anak bungsunya.
Bisnis perikanan keluarga yang dijalankan Ramesh bersama mendiang adiknya di India juga bangkrut total setelah kecelakaan.
“Saya kehilangan adik, kehilangan pekerjaan, dan kehilangan diri saya sendiri,” ujarnya.
Air India telah memberikan kompensasi sementara sebesar 21.500 poundsterling (sekitar Rp440 juta) untuk kebutuhan mendesak, namun Ramesh mengatakan jumlah itu tidak cukup menutup biaya pemulihan dan kehilangan yang dideritanya.
Desakan untuk Bertanggung Jawab
Para aktivis dan pendukung korban tragedi Air India mendesak pihak maskapai dan pemerintah India agar turun langsung menemui penyintas dan keluarga korban.
“Siapa pun yang bertanggung jawab di tingkat tertinggi seharusnya hadir dan memastikan para korban mendapatkan keadilan serta dukungan yang layak,” kata seorang tokoh masyarakat di Ahmedabad.
Hasil penyelidikan awal menunjukkan kecelakaan disebabkan oleh putusnya pasokan bahan bakar beberapa detik setelah pesawat lepas landas, menyebabkan mesin kehilangan daya dan jatuh di area terbuka tidak jauh dari bandara.
Masih Sulit Percaya Bisa Hidup
Meski semua sudah terjadi, Ramesh masih sulit menerima kenyataan bahwa dirinya adalah satu-satunya yang selamat.
“Saya merasa seperti hidup di tubuh orang lain. Saya tidak tahu kenapa saya diselamatkan, tapi saya tahu saya harus mencari makna di balik semua ini,” ujarnya.
Kini, setiap hari baginya adalah perjuangan baru, bukan hanya untuk memulihkan fisik, tapi juga untuk menemukan kembali alasan untuk hidup di tengah kehilangan yang begitu dalam.