WELLINGTON, iNews.id - Selandia Baru berencana merilis virus untuk memusnahkan populasi kelinci liar yang membengkak. Virus pembunuhnya, RHDV1-K5, akan dirilis pada Maret.
Kelinci liar dipandang sebagai hama di beberapa wilayah negara tersebut.
Dilansir BBC, Selasa (28/2/2018), kelompok tani menyambut baik langkah tersebut, namun beberapa pihak khawatir virus itu akan berisiko pada kelinci peliharaan.
Kelinci diperkenalkan ke Selandia Baru pada 1830-an dan sejak lama menciptakan masalah bagi para petani.
Kelinci liar bersaing dengan ternak untuk hidup di padang rumput. Selain itu, kelinci menyebabkan kerusakan lahan dari lubang yang dibuatnya.
Menurut kementerian perindustrian, pemerintah harus mengeluarkan biaya pengendalian yang besar setiap tahunnya untuk membasmi kelinci liar.
Metode utama untuk mengontrol populasi kelinci yaitu membunuh, meracuni, pengasapan, dan yang kurang memberi dampak yakni memasang pagar pembatas.
Para pejabat berpendapat, masalah populasi kelinci sudah begitu besar sehingga solusi dijalankan saat ini tidak berjalan baik.
Virus kelinci atau Rabbit Haemorrhagic Disease Virus (RHDV) diperkenalkan pertama kali di Selandia Baru pada 1997. Virus, yang hanya menyerang kelinci dan bukan hewan lain itu, pada awalnya sangat efektif.
Namun setelah lebih dari 20 tahun, kelinci akan kebal terhadap virus tersebut.
Sementara RHDV1-K5 yang akan dirilis bulan depan berasal dari Korea. Virus ini akan memengaruhi organ dalam tubuh, menyebabkan demam dan kejang, penggumpalan darah, dan gagal pernapasan.
Virus baru bisa membunuh kelinci dalam waktu 2 sampai 4 hari setelah terinfeksi.
Kelompok petani Selandia Baru (FF) menyatakan kehadiran virus itu sangat membantu mereka.
"Ada beberapa petani putus asa. Jika 1 tahun lagi berlalu tanpa virus ini, kerusakan ekologi akan terjadi," kata Juru Bicara FF, Andrew Simpson, kepada BBC.
Namun Arnja Dale, anggota kelompok pencinta hewan, mengatakan keputusan ini mengecewakan, mengingat virus akan menimbulkan penderitaan bagi kelinci.
"Kami menganjurkan penggunaan metode yang lebih manusiawi," katanya.