TOKYO, iNews.id – Pemerintah Jepang bakal menyetujui paket stimulus ekonomi senilai 55,7 triliun yen (Rp6.942 triliun), menurut laporan yang beredar pada Kamis (18/11/2021) ini. Kebijakan itu diambil Perdana Menteri Fumio Kishida ketika Jepang sedang bersiap menghadapi kemungkinan datangnya gelombang keenam wabah Covid-19.
The Straits Times melansir, langkah itu mungkin akan disetujui pemerintah negeri matahari terbit pada Jumat (19/11/2021) besok. Paket stimulus itu antara lain mencakup pengeluaran untuk meningkatkan respons terhadap Covid-19. Jika dijumlahkan lagi, biaya keseluruhan paket—termasuk pendanaan sektor swasta—akan mencapai 78,9 triliun yen (Rp9.830 triliun).
Sekitar 500 miliar yen akan dialokasikan untuk beberapa program utama seperti pengembangan vaksin. Sementara para petugas medis garis depan, perawat, guru PAUD dan taman kanak-kanak, serta pekerja di bidang kesejahteraan, akan mendapat kenaikan gaji hingga 12.000 yen per bulan.
PM Kishida juga akan menggelontorkan lebih banyak uang untuk pengadaan tempat tidur tambahan di rumah sakit; memperluas ketersediaan tes PCR Covid, dan; memastikan kelancaran pengiriman vaksin dan dosis booster yang tersedia secara gratis untuk semua penduduk di Jepang.
Paket tersebut mencerminkan ambisi sang perdana menteri baru untuk mengimplementasikan rencananya yang selama ini digembar-gemborkan untuk menciptakan “gaya baru kapitalisme Jepang” sambil mengelola risiko Covid-19.
Dalam kampanyenya saat pemilihan perdana menteri beberapa bulan lalu, Kishida menjanjikan stimulus Covid sebesar 30 triliun yen. Kini, dalam usulan yang akan disahkan besok, nominal paket itu meningkat hingga menjadi hampir dua kali lipat yang dia janjikan kala itu.
Analis menilai, rencana Kishida tersebut bakal menambah tekanan fiskal di Jepang, yang telah memiliki rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) terburuk di antara negara-negara maju.