"Kami berupaya sebaik mungkin untuk memastikan operasional sekolah tetap berjalan normal. Berikutnya kami akan menempuh jalur hukum," kata seorang juru bicara SMA Xidian, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (15/11/2018).
Dia menambahkan, keluarga Bi pernah meminta biaya kompensasi 1,2 miliar yuan atau sekitar Rp12,5 miliar atas kematian anaknya. Namun sekolah menolak dan hanya bersedia membayar 100.000 yuan sebagai uang kemanusiaan. Tawaran sekolah itu jelas ditolak keluarga.
Lebih lanjut, juru bicara membantah sekolah memaksa Bi memotong rambut. Menurut dia, Bi dibawa ke tukang pangkas rambut atas kesediaannya dan sudah melalui izin orangtua.
"Guru kepala, setelah mendapat persetujuan dari siswa bersangkutan dan orangtuanya, membawa dia ke tukang pangkas rambut. Rambutnya dipotong pendek, bukan dibotaki," bunyi pernyataan sekolah.
Setelah itu, tidak ada protes dari siswa dan orangtua.
Namun dari posting-an di media sosial, Bi mengeluhkan tampang barunya. Dalam salah satu posting-an, Bi mengatakan tidak mau ke sekolah kecuali gurunya mati.