Kondisi ini tercipta dari lingkungan yang membentuk para perempuan untuk menjadi penentang. Penyerangan, pelanggaran, dan pengusiran paksa oleh tentara Zionis membentuk mereka menjadi pribadi yang kuat.
Dia juga mengatakan, setiap perempuan Palestina merupakan guru selain ikon perjuangan untuk membebaskan tanah mereka.
"Ketika saya tumbuh dewasa, saya selalu dalam keadaan takut, diusir dari rumah saya, terutama karena Sheikh Jarrah merupakan salah satu lingkungan di Yerusalem yang penduduknya paling berpeluang digusur dan dipindahkan," katanya, dalam sebuah kesempatan setelah pengadilan Israel mengabulkan gugatan pemukim Yahudi untuk merebut Sheikh Jarrah.
Pada 2009, Israel sudah merebut setengah dari tanah keluarganya. Keluarganya dituduh membangun rumah tanpa izin lalu lahannya direbut begitu saja.
"Hari ini, kami kembali menghadapi keputusan pengadilan Israel yang akan mengusir kami dari setengah sisa rumah kami, bersama dengan 11 keluarga lainnya! Kami diberi waktu 30 hari untuk meninggalkan rumah, tapi pengacara kami mengajukan banding ke pengadilan distrik," ujarnya.
Kisah lingkungan Sheikh Jarrah dimulai pada 1956, setelah pemerintah Yordania yang diwakili Kementerian Konstruksi dan Pembangunan serta badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA menandatangani perjanjian untuk menyediakan perumahan bagi 28 keluarga pengungsi di lingkungan itu.