Pengumuman mengejutkan ini disampaikan beberapa hari sebelum pemilihan parlemen di Distrik Sydney, daerah dengan jumlah pemilih Yahudi cukup signifikan. Kandidat dari partai Liberal pimpinan Morrison, yang juga mantan duta besar untuk Israel, tertinggal dalam jajak pendapat.
Keputusan Morrison ini bisa saja menggaet suara dari kalangan Yahudi di Sydney. Jika kalah, maka kubu Morrison akan kehilangan mayoritas kursi di parlemen.
Tak heran jika kubu oposisi menilai langkah Morrison ini tak tulus, melainkan sebagai cara untuk mempertahankan pemerintahannya.
"Scott Morrison sekarang begitu putus asa untuk mempertahankan jabatannya. Dia siap mengatakan apa pun jika hal itu bisa memberinya beberapa suara, bahkan dengan mengorbankan kepentingan nasional Australia," kata salah satu juru bicara Partai Buruh, Penny Wong.
Namun Morrison menepis keputusannya dengan mempertimbangkan mengikuti jejak Trump merupakan hasil dari tekanan AS atau terkait dengan pemilihan sela di Sydney.
Morrison ke tampuk pimpinan pada Agustus lalu setelah menggulingkan Malcolm Turnbull.
Pemerintah Turnbull secara tegas menentang keputusan Presiden AS Donald Trump yang memindahkan kedubes dari Tel Aviv ke Yerusalem. Turnbull menyebut keputusan itu tidak membantu proses perdamaian di Timur Tengah.