Seorang sumber yang mengetahui aktivitas drone Global Hawk membenarkan soal batasan penerbangan tersebut.
Menurut dia, setelah insiden MQ-9 Reaper yang jatuh di Laut Hitam, Global Hawks hanya melakukan dua kali penerbangan di wilayah serupa yakni pada periode 17 hingga 21 Maret.
Di keedua penerbangan itu Global Hawk terbang di atas jarak 140 km dari pantai selatan Krimea.
"Rupanya, komando AS menganggap penerbangan lebih lanjut di daerah itu tidak praktis. Di satu sisi, jumlah informasi yang diterima drone pada jarak seperti itu berkurang tajam. Di sisi lain, setelah 14 Maret, pihak AS menghadapi potensi bahaya kehilangan peralatan (militer), dan harga Global Hawk beberapa kali lebih mahal daripada Reaper karena sarat dengan peralatan canggih," kata sumber tersebut, kepada Sputnik.