WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) melalui Departemen Luar Negeri masih enggan memberikan tanggapan terkait masih tidaknya mengakui Ashraf Ghani sebagai presiden Afghanistan. Pimpinan negara itu sebelumnya telah meninggalkan Afghanistan Minggu (15/8/2021) ketika pejuang Taliban menggulingkan pemerintahannya dalam hitungan minggu.
"Jadi ini adalah sesuatu yang sedang kami bicarakan dengan komunitas internasional," juru bicara Departemen Luar Negeri, Ned Price seperti dilansir dari Reuters.
Price juga menolak untuk mengatakan benar tidaknya Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken melakukan panggilan telepon dengan Ghani Sabtu (14/8/2021), terkait lokasi presiden atau tentang kepergiannya.
“Belum ada transfer kekuasaan secara formal,” tambahnya.
Al Jazeera melaporkan, Presiden Ghani telah terbang ke Uzbekistan. Namun Reuters belum mendapat verifikasi laporan ini.
Ghani terpilih menjadi presiden pada 2014 setelah mengambil alih dari Hamid Karzai, yang memimpin Afghanistan setelah invasi pimpinan AS pada tahun 2001. Ghani mengawasi penyelesaian misi tempur AS, penarikan pasukan asing yang hampir selesai dari negara itu dan perdamaian yang terpecah belah hingga proses dengan pemberontak Taliban.
Kekuasaan Pemerintah Afghanistan di bawah pimpinan Presiden Ashraf Ghani jatuh pada Minggu (15/8/2021), setelah Taliban memasuki Ibu Kota Kabul hampir tanpa perlawanan.