WASHINGTON, iNews.id - Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), organisasi perkumpulan Muslim Amerika Serikat (AS), mengungkap data mengejutkan. Hampir 100 persen orang yang masuk dalam daftar pemantauan Biro Penyelidikan Federal (FBI) adalah nama-nama Muslim.
Dalam laporan bertajuk 'Twenty Years Too Many, A Call to Stop the FBI’s Secret Watchlist' yang dirilis Senin (12/6/2023), CAIR mengungkap secara rinci database penyaringan terorisme FBI.
Data tersebut mulanya didapat CAIR setelah seorang hacker asal Swiss menemukan data FBI versi tahun 2019 di internet. CAIR lalu menganalisis data itu secara mendalam yakni berisi 1,5 juta entri.
"Lebih dari 350.000 entri saja termasuk beberapa transliterasi Mohamed atau Ali atau Mahmoud dan 50 nama yang paling sering muncul semuanya adalah nama Muslim. Dari entri daftar pantauan yang telah didalami, kami memperkirakan lebih dari 1,47 juta entri dianggap Muslim, lebih dari 98 persen dari total," bunyi laporan, seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (13/6/2023).
Menurut CAIR, selama 20 tahun, daftar rahasia FBI menyebabkan kesulitan dan ketakutan bagi masyarakat Muslim di AS.
Namun CAIR yakin target-target FBI ke depannya tak lagi Muslim. Daftar rahasia FBI mungkin akan memasukkan kelompok-kelompok baru.
“Tapi jutaan target FBI berikutnya bukanlah Muslim. Dengan dicabutnya kabut Perang Melawan Teror, daftar rahasia FBI suatu hari akan mendapati target baru. Target selanjutnya adalah warga Amerika, dan laporan ini dimaksudkan sebagai peringatan untuk mereka," bunyi laporan.
Lebih lanjut CAIR mendesak Presiden Joe Biden untuk turun tangan mengatasi daftar pemantauan FBI tersebut.