Dia dan 30 rekannya tiba menggunakan penerbangan militer pada 10 Juli setelah melakukan perjalanan dari Chengdu, China. Mereka seharusnya pulang ke Mesir keesokan paginya.
Temuan ini memaksa pihak berwenang Thailand menelusuri sekitar 1.700 orang yang di saat bersamaan mengunjungi pusat perbelanjaan dan lokasi sekitarnya.
Perdana Menteri Prayut Chan O Cha mengaku bertanggung jawab atas kejadian ini dan meminta maaf kepada masyarakat karena masalah ini berdampak luas.
"Itu terjadi karena orang tidak menghormati aturan. Semua penerbangan masuk dihentikan, tidak ada lagi persetujuan sampai kami dapat menyelesaikan masalah," katanya, dalam pidato di televisi, seperti dikutip dari AFP.
Thailand membuka penerbangan internasional belum lama ini setelah berhasil mengendalikan kasus virus corona di dalam negeri. Namun pendatang asing yang diizinkan masuk, yakni orang yang menikah dengan warga Thailand, pemegang izin kerja, dan pelajar, harus menjalani karantina di fasilitas pemerintah selama 14 hari.
Para kru pesawat dan diplomat dikecualikan dari karantina negara, namun mereka tetap harus melakukannya di fasilitas sendiri atau hotel.
Thailand sejauh ini mencatat sekitar 3.200 kasus Covid-19, sebanyak 58 di antaranya meninggal. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan kasus di kawasan, padahal negara itu berbatasan langsung dengan China sebagai negara sumber pertama virus.