Suku Ainu sejak lama menderita penindasan dan eksploitasi, dan Pemerintah Jepang modern pada akhir abad ke-19 melarang mereka mempraktikkan adat mereka dan menggunakan bahasa mereka.
Ainu secara tradisional menganut kepercayaan animisme, di mana pria mengenakan jenggot penuh dan perempuan menghiasi diri mereka dengan tato wajah sebelum menikah.
Namun seperti banyak orang pribumi di seluruh dunia, sebagian besar warga Ainu Jepang tak lagi menjalankan gaya hidup tradisional setelah puluhan tahun akibat kebijakan asimilasi paksa.
Menurut survei 2017, populasi Ainu diperkirakan setidaknya 12.300. Namun angka sebenarnya tidak diketahui karena banyak yang sudah membaur ke dalam masyarakat kota dan beberapa menyembunyikan akar budaya mereka.
"Ini merupakan langkah pertama untuk memastikan kesetaraan di bawah hukum," kata Mikiko Maruko, yang mewakili sekelompok warga Ainu di Jepang timur dekat Tokyo, kepada AFP.