Seorang pelayat meninggalkan catatan di Bandara Internasional Muan di Provinsi Jeolla Selatan pada Rabu lalu, lokasi kecelakaan Jeju Air. Isinya menyampaikan terima kasih kepada pilot dan kopilot yang berjuang sampai akhir.
"Kepada kapten dan kopilot, terima kasih karena tidak menyerah dan melakukan yang terbaik hingga detik terakhir. Semoga Anda beristirahat dengan tenang di tempat yang lebih baik," demikian isi catatan yang ditempelkan di tangga bandara.
Sementara Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi mencatat dalam briefing pada Selasa lalu, bahwa jika kedua mesin gagal, maka sistem hidrolik dapat mengalami kerusakan yang berpotensi memengaruhi roda pendaratan.
"Namun, dalam skenario kegagalan sistem total, ada tuas manual yang dapat digunakan," kata seorang pejabat kementerian.
Pakar penerbangan Jeong Yun-sik menilai, pilot Jeju Air kemungkinan menggunakan kontrol manual saat kecelakaan mengerikan itu terjadi. Profesor operasi penerbangan di Universitas Katolik Kwandong itu menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan "Kim Hyun-jung's News Show" di CBS, skenario seperti itu menuntut upaya fisik yang sangat besar.
"Jika kedua mesin rusak dan sistem hidrolik tidak berfungsi, pilot harus mengandalkan kontrol manual berbasis kabel. Ini membutuhkan kekuatan yang signifikan dan ada kemungkinan kapten dan kopilot bekerja sama dalam mengendalikannya," katanya.