BEIJING, iNews.id - China mengomentari keputusan Rusia untuk mengirim pasukan cadangan ke Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi militer parsial, Rabu (21/9/2022), mengirim pasukan cadangan ke Donbass, Ukraina.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China mendesak semua pihak untuk mengedepankan dialog dan konsultasi guna mencari solusi atas masalah keamanan.
Juru Bicara Kemlu China Wang Wenbin, seperti dikutip dari Reuters, mengatakan sikap negaranya atas konflik Rusia dan Ukraina konsisten dan jelas. China tak mengecam Rusia atas invasinya ke Ukraina, namun berharap krisis ini bisa diselesaikan dengan damai.
Seperti diberitakan, dalam pidato di televisi, Putin meneken dekret mobilisasi militer parsial untuk mengerahkan pasukan cadangan ke Donbass, Ukraina. Ini merupakan mobilisasi militer pertama yang dilakukan Rusia sejak Perang Dunia II.
Menurut Putin, Barat tak ingin negaranya dan Ukraina berdamai, bahkan ingin menghancurkan Rusia.
Negara Barat, lanjut dia, juga terlibat dalam 'pemerasan nuklir', namun Rusia punya banyak senjata untuk membalas. Untuk ancaman yang satu ini Putin menegaskan dirinya tidak menggertak.
"Jika integritas teritorial negara terancam, kami menggunakan semua cara yang ada untuk melindungi rakyat, ini bukan gertakan," kata Putin.
Dia juga mengatakan, mobilisasi militer parsial, yakni mengerahkan 300.000 personel pasukan cadangan, bertujuan untuk mempertahankan Rusia dan wilayahnya.
“Untuk melindungi tanah air, kedaulatan, saya merasa perlu untuk mendukung keputusan Staf Umum mengenai mobilisasi parsial,” katanya, dikutip dari Reuters.
Dia pun menegaskan kembali tujuan operasi militer khusus Rusia di Ukraina yakni membebaskan Donbass di Ukraina timur. Menurut Putin, sebagian besar penduduk Donbass, meliputi Donetsk dan Luhansk, tidak ingin kembali dalam penindasan kelompok neo-Nazi Ukraina.
Editor : Anton Suhartono