Keesokan harinya, biro pengawas makanan setempat juga mengomentari kasus tersebut. Mereka juga menyebut benda itu memang kepala bebek.
Karena desas-desus terus menyebar, pejabat sekolah memperingatkan mahasiswa untuk tidak membahas kejadian tersebut secara online lagi. Sementara perusahaan katering resmi yang dikontrak oleh kampus mengeluarkan pernyataannya sendiri.
Mereka mengklaim bahwa kepala tersebut tidak ditemukan dalam makanan yang dikirimkannya, melainkan dari kafetaria yang terpisah. Perusahaan juga memperingatkan siapa pun yang menyebarkan desas-desus akan mendapat konsekuensi serius.
Meski demikian, masyarakat yang memperhatikan kasus ini banyak yang merasa kecewa dengan pihak kampus dan lembaga berwenang yang dianggap mendukung kebohongan tersebut.
"Menemukan kepala tikus dalam makanan bukan jadi hal yang paling menakutkan. Yang paling menakutkan adalah publik dengan jelas melihat 'kepala tikus', namun mereka bersikeras mengklaimnya sebagai 'leher bebek'," kata seorang blogger China.
Sementara itu, platform microblogging seperti Weibo juga dibanjiri dengan foto kepala tikus dan bebek. Mereka ingin menunjukkan bahwa bebek dan tikus tidak mirip. Mulai dari bentuk hingga gigi, serta foto bebek dengan kepala tikus yang diedit secara digital.