Selain cara di atas, menurut Seto, ada metode lain untuk membersihkan polusi udara Jakarta yakni dengan hujan buatan. Namun, cara ini membutuhkan biaya yang besar. Harus ada juga awan terkumpul.
Seto menuturkan, polusi saat ini juga dipengaruhi ketiadaan hujan. Ketika hujan tiba, air akan membersihkan udara secara berlipat. Ketika kemarau tiba, tidak faktor pembersih yang tersedia.
“Kalau masih ada awan masih bisa digunakan teknologi modifikasi cuaca kemudian juga teknologi modifikasi cuaca bisa membongkar lapisan stabil tadi menjadi tidak stabil sehingga ruang atmosfer semakin banyak,” kata dia.
Kualitas udara Jakarta pada Selasa pagi pukul 06.00 WIB tercatat 189, masuk kategori tidak sehat dengan parameter PM2.5 konsentrasi 128,4 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara. Pada Selasa malam, angka itu membaik menjadi 171.
Kendati demikian, Jakarta masih masuk tiga besar kota dengan polusi udara tertinggi di dunia. Pada Selasa mala mini, Jakarta berada di urutan tiga, di bawah Tashkent (Uzbekistan) dan Ulaanbaatar (Mongolia). Sehari sebelumnya, Jakarta berada di tempat teratas.
Menurut Seto, salah satu sumber polusi udara di Jakarta yakni asap kendaraan bermotor. Untuk menguranginya, dia mendorong agar Pemprov DKI terus menggalakkan moda transportasi massal.