Senada dengan hal itu, sopir mikrolet lain yakni Parlindungan Hutagaluh (43) mengatakan naiknya BBM bak buah simalakama.
"Jujur sih saya agak terbantu ya, cuman kalau nanti penumpangnya bayar tetep Rp3.000 itu sangat merugikan. Tapi kalau penumpangnya setuju untuk dinaikkan tarif justru terbantu," tuturnya.
Dia menjelaskan ada atau tidaknya kenaikan tarif sedang dibicarakan oleh bos-bosnya. Parlindungan berharap hasil yang terbaik dari diskusi itu sebagai imbas dari kenaikan harga BBM.
"Kurang tahu juga, ini lagi dibahas antarbos bagaimana (tarif). Bagaimana caranya kami sebagai sopir enggak dirugikan," ucapnya.