Henri mencontohkan, akibat hujan lebat yang turun sejak beberapa hari terakhir telah mengakibatkan banjir di dua titik yakni Kali Ulu Cikarang Utara dan Kedungwaringin. Kendati tidak sampai mengenangi rumah warga, kondisi ini harus tetap diwaspadai. Bukan tidak mungkin jika hujan dengan intensitas tinggi membuat banjir besar kembali merendam Kabupaten Bekasi.
”Untuk itu, karena ada perubahan cuaca dan iklim, kita semua harus waspada. Kemarin di Kali Ulu dan Kedungwaringin sudah sampai satu lutut, beruntung banjir menggenang sesaat, setelah itu surut lagi,” ujarnya.
Banjir besar yang terjadi awal tahun lalu membuat jumlah wilayah rawan bencana di Kabupaten Bekasi meningkat dari semula 20 kini menjadi 21 kecamatan.
”Memang ada peningkaan daerah rawan, jadi total ada 21 dari 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi dengan total 157 titik,” tuturnya.
Seperti diketahui, Februari-Maret 2021 banjir besar melanda Kabupaten Bekasi dengan tinggi muka air mencapai lebih dari dua meter. Terparah terjadi di Pebayuran lantaran tanggul di hilir Citarum jebol sehingga merendam ribuan rumah warga.
Lebih dari itu, puluhan ribu warga pun terpaksa mengungsi. Sedangkan hanya dua daerah yang tingkat kerawanannnya banjirnya rendah yaitu Bojongmangu dan Cibarusah. Kendati tingkat kerawanan banjir rendah, bukan berarti kedua daerah itu bebas bencana. Bojongmangu merupakan daerah dataran tinggi sehingga rawan terjadi longsor.
Sedangkan Cibarusah hampir setiap tahun dilanda bencana kekeringan karena sulit menemukan mata air.Untuk meminimalkan dampak bencana, pihaknya tengah menambah delapan desa tanggap bencana (Destana). Pembentukan Destana ini untuk mengantisipasi bencana alam di wilayah tersebut.