Lantas, Kang Emil pun menyinggung imajinasi yang ditanya Pramono. Menurutnya, IKN itu lahir dari imajinasi dan ditindaklanjuti oleh keputusan politik untuk memindahkan ibu kota negara.
"Kalau tadi ada yang tertawa urusan imajinasi, lah IKN itu datang dari imajinasi, oleh sebuah keputusan mahal, keputusan politik pindah ke sana menjadi IKN hari ini. Kebetulan saya kurator di sana. Pak Jokowi sudah sangat luar biasa melakukan sebuah namanya gagasan-gagasan yang realitanya terjadi kira-kira begitu," tutur Kang Emil.
Kang Emil menjelaskan, salah satu cara untuk mengatasi kemacetan Jakarta dengan memindahkan pusat pemerintahan di Jakpus. Namun, dia berkata, pemindahan Balai Kota itu harus didiskusikan oleh pemangku kepentingan bersama
"Nah sekarang kalau Jakarta mau mengurangi macet, selain perluasan transportasi publik mari benerin tata ruangnya, salah satunya adalah pusat kantor pemerintahan dikurangi dari pusat. Tentu ini harus didialogkan kepada stakeholder di Jakarta," kata Kang Emil.
"Kenapa di Jakarta Utara? Aksesnya bagus. Ancol itu punya 200 hektare. Membangun tinggal kita bikin pusat bisnis baru dengan entertainment adalah akumulasi dari perkantoran-perkantoran pemerintahan Jakarta dari BUMD-BUMD ya. Sehingga lahan-lahan yang di kota itu bisa difungsikan untuk fungsi-fungsi kota global yang menjadi ciri pergaulan internasional. Kita jadi IKN adalah imajinasi wacana, ini juga imajinasi, realitanya kita diskusi," tandas Kang Emil.