Kisah Marbot Naik Haji, Pernah Jadi Tukang Tambal Ban hingga Dicurigai Curi Kas Masjid

muhammad farhan
Waridjun (77) seorang marbot telah menjalankan ibadah haji dari hasi menabung puluhan tahun. (Muhammad Farhan)

Sopiah pun menambahkan, suaminya bekerja sebagai marbot dengan ikhlas tanpa bayaran. Ia pun menceritakan suaminya iba melihat marbot yang menjaga masjid di dekat rumahnya karena sudah sepuh. .

"Suami saya selain ibadah hanya ingin membantu marbot yang sudah tua. Itu pun tidak digaji, benar-benar panggilan hatinya," kata Sopiah. 

Waridjun pun menjelaskan tugasnya sebagai marbot dilakukan sedari dahulu hanya difokuskan pada mempersiapkan waktu shalat fardhu jamaah. Dirinya pun kini masih aktif menjadi marbot lantaran teman-temannya yang membantu mengurus masjid satu persatu sudah wafat. 

"Sampai sekarang yaa aktivitas saya sambilan mengurus masjid mempersiapkan waktu jamaah shalat fardhu lima waktu. Dulu bisa sekalian jadi muadzin dan iqomat, kadang juga menjadi imam shalat, yaa ibadah saja," jelas Waridjun. 

Sopiah menjelaskan itikad kuatnya ingin berangkat ibadah ke tanah suci di Mekkah.  "Niat kami kuat, terutama saya. Sebenarnya saya dulu yang kepingin berangkat haji. Dulu saya sudah nabung sedari tahun 1970, saya cicil penghasilan bapak dengan menukarnya menjadi emas kecil, dari dua gram seperti gelang, cincin serta kalung," kata Sopiah. 

Sopiah menyicil tabungannya dengan emas dua gram itu sejak memiliki anak pertama. Dia mengaku tidak mampu menabung di Bank sebab tidak bisa membubuhkan tanda tangan untuk membuka tabungan dengan baik. 

"Dari tabungan emas dua gram itu baru bisa dijual menjadi biaya haji di tahun 2004. Emas saya dimasukkan ke kantong kresek dan dibungkus sapu tangan kemudian dijual ke toko emas Sakura di Pasar Pagi, Rawamangun," kata Sopiah. 

Dengan hasil menjual emas tabungannya, Sopiah dan Waridjun dapat berangkat haji bersama di tahun 2007. Kendati demikian, Sopiah menjelaskan cita-citanya ingin naik haji sejak kecil karena pesan mendiang neneknya. 

"Dulu saya dipesankan oleh nenek saya untuk membaca surat Al-Ikhlas 2000 kali selepas shalat maghrib. Saya disuruh menghitung bacaannya dengan daun tiap sepuluh kali, jadi 10 daun itu seratus lah kiranya," ujarnya. 

Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait
Megapolitan
4 hari lalu

Nekat Beraksi, Komplotan Copet di Halte Transjakarta Buaran Diamuk Warga

Megapolitan
10 hari lalu

Tampang 2 Maling Motor Penembak Hansip hingga Tewas di Cakung Jaktim

Nasional
14 hari lalu

6 Siswa SD di Cipayung Serahkan Temuan HP ke Polisi, Kapolda Metro: Kalian Pahlawan

Megapolitan
23 hari lalu

Kebakaran Gudang Dekorasi Pesta di Jaktim, 65 Personel Damkar Diterjunkan

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal