Dikatakan Agus, dirinya sudah melaporkan ke sekolahan sang anak, namun ternyata diminta untuk mendaftar Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
"Saya sudah lapor sekolahnya, katanya supaya bisa daftar DTKS, tapi saya kan ngga paham. Saya kalau tidak narik ya tidak makan anak saya, kalau buat mondar-mandir belum tentu diterima, nggk apa-apa lah tidak usah gitu-gitu, narik aja," ungkap Agus.
Agus tetap bersyukur lantaran tahun ini anak pertamanya lulus sekolah. Sebab diakuinya, perjuangannya terlalu berat dari pertama nikah sampai memiliki anak 2 saat ini.
"Terlalu berat perjuangannya, dari pertama nikah sampai sekarang sudah punya anak 2 cari duit di jalanan bagaimana susahnya anak sekolah yang SMK bayaran setiap bulan Rp500.000, yang kecil Rp150.000 ya mau bagaimana lagi cuma bisa narik bajaj," pungkasnya.