“Perintis telah berjuang untuk bangsa dan negara mempertaruhkan nyawa. Tak bisa seperti ini tanpa perjuangan mereka. Jangan merasa cukup dengan selembar kertas, berikanlah semaksimal kita bisa,” kata Mensos.
Tak hanya itu, Mensos juga menjelaskan beragam dampak perjuangan yang dirasakan para perintis. Tidak jarang, mereka harus kehilangan salah satu anggota tubuh, indra pendengaran, bahkan nyawa.
“Semangat perintis kemerdekaan yang luar biasa harus terus diingat, dirawat serta dikenalkan kepada generasi muda bangsa agar menjadi inpsirasi dalam mengisi kemerdekaan, yang telah ditebus dengan darah dan air mata,” ujarnya.
Tinton Suprapto, seorang penerima Satya Lencana dari Presiden RI mengaku berterima kasih kepada Kementerian Sosial (Kemensos) yang telah memberkan perhatian dan pengakuan kepada perintis kemerdekaan. Dirinya juga berharap agar hal ini terus berlanjut kepada para perintis lainnya.
“Jadi, mohon diupayakan karena masih banyak perintis kemerdekaan yang belum mendapatkan pengakuan dari lembaga seperti Kemensos,” tutur Tinto.
Adapun keenam penerima penganugrahan tersebut di antaranya, yaitu Jenderal TNI (Purn) Widjojo Soejono, Jenderal TNI (Purn) Ahmad Taher (alm), Letkol TNI (Purn) RH Eddie Soekardi (alm), Jenderal TNI (Purn) Makmun Murod (alm), Jenderal TNI (Purn) Bambang Utoyo (alm), Jenderal TNI (Purn) HM Ryacudu (alm), serta Ketua Yayasan Pembela Tanah Air Pusat (YAPETA) Tinton Suprapto.
Secara institusi dan kelembagaan, perintis kemerdekaan di bawah Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (K2KRS) Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial (Ditjen Dayasos) Kemensos RI. Turut hadir dalam acara tersebut, yaitu kementerian/lembaga terkait, Ketua YAPETA, ahli waris penerima Satya Lancana Perintis Kemerdekaan, serta para akademisi. (CM)