Kasus yang terjadi akibat kesalahpahaman dalam komunikasi di grup WA (WhatsApp) tugas mata kuliah, tanpa sadar mengeluarkan narasi yang berpotensi menimbulkan rasisme. Hal tersebut telah diselesaikan dengan cara musyawarah dan kekeluargaan. Menghadirkan seluruh pimpinan tingkat fakultas, program studi, dosen pembimbing akademik, dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan serta mahasiswa yang berselisih paham di dalam komunikasi.
Dikemukakan, semua pihak mengapresiasi langkah cepat UNAS dalam menjembatani komunikasi antara pihak kampus dan mahasiswa yang berselisih paham. Semua pihak bersepakat mengedepankan semangat kekeluargaan, musyawarah, dan kebersamaan. Tujuannya agar peristiwa serupa tidak terulang kembali, serta menjadi pengingat pendidikan adalah hak semua warga bangsa tanpa memandang SARA.
Dalam pertemuan tersebut Sekjen Papua Connect Pace Cang Waicang menyampaikan apresiasi kepada UNAS yang menginisiasiasi perundingan itu. Sekaligus mengimbau kepada adik-adik mahasiswa Papua di Jakarta senantiasa menunjukkan semangat persaudaraan satu Indonesia. Pertemuan ini menjadi bukti, berjalannya komunikasi yang edukatif dan persuasif dalam penyelesaian masalah.
“Kami melihat UNAS telah memberikan solusi yang adil dan bermartabat untuk semua pihak. Harapan kami, UNAS dapat menjadi pionir dalam mendukung mahasiswa Papua dapat mencapai cita-cita, meraih gelar sarjana, dan berkontribusi bagi Indonesia. Sekali lagi, terima kasih kepada pihak UNAS atas komitmen dan keterbukaannya,” ujar Cang Waicang.
Selamat Ginting mengungkapkan, UNAS juga secara aktif memperkuat semangat toleransi dan persaudaraan antarwarga kampus. Melalui kegiatan lintas budaya, pembelajaran multikultural, mahasiswa diajak memahami pentingnya hidup berdampingan dalam perbedaan.