Perkenalkan namaku Ghifari. Aku merupakan seorang siswa kelas 5 SD Negeri 02 dari Bantul, Yogyakarta. Aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Adik ku masih kecil-kecil.
Ingin rasanya ketika libur sekolah seperti teman-teman bisa berlibur ketempat wisata. Namun, aku tidak seperti teman-teman yang lain, aku hanya bisa berlibur di rumah membantu ayah di kebun.
Ibu harus menjaga adik-adikku yang masih kecil sedangkan ayah dan aku mesti bekerja walau di musim liburan.
Awalnya aku kecewa karena setiap libur sekolah tiba pasti membantu orang tua. Sebenarnya baku ingin pergi ke kebun binatang, water boom atau pantai. Tapi keadaan yang tidak bisa, karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memenuhi kebutuhan hidup.
Tetapi membantu ayah bekerja dikebun tak seburuk yang aku kira.ternyata menyenangkan, bisa belajar bercocok tanam, mencangkul dan membersihkan kebun.
Selain itu, kegiatan lainku di rumah juga cukup banyak, seperti membersihkan rumah dan juga membersihkan rumput disekitar pekarangan rumah.
Walau pun tak pergi ke pantai, water boom atau kebun binatang, perasaanku tetap senang.
Karena aku bisa membantu ayahku, dan rumah bersih karena aku yang bersihkan ada kebanggaan tersendiri.
Tahun ini aku lulus dari sekolah menengah pertama atau yang sering disingkat SMP. Lulus dengan hasil memuaskan aku akhirnya menghabiskan masa liburan panjang yang bertepatan dengan libur hari raya dengan hati yang sangat gembira.
Lama, aku sampai lupa berapa hari tapi yang jelas libur telah usai dan aku harus melanjutkan sekolah.
Lulus SMP aku melanjutkan ke SMA terdekat di daerahku dengan beberapa teman lain. Aku termasuk beruntung bisa masuk di sekolah tersebut. Banyak teman-teman lain yang tidak diterima.
Setelah berbagai persiapan yang dilakukan akhirnya hari ini adalah hari pertama masuk sekolah.
Hari ini aku mulai mengikuti acara MOS atau masa orientasi siswa. Aku sangat senang, sekolahku sangat indah berbeda dengan sekolah yang dulu.
Bangunan sekolahnya banyak dan bagus, di bagian depan ada tingkat untuk ruang laboratorium bahasa dan perpustakaan.
Lapangan basketnya ada, halaman sekolahnya asri dengan taman yang dipenuhi bunga mengelilingi bagian depan kelas.
Tiga hari mengikuti MOS aku tidak banyak bicara selain menikmati suasana sekolah yang nyaman.
"Hei, jangan melamun terus, nanti bukunya diambil orang loh," ucap salah satu teman menyapaku.
"Eh, iya....kamu siapa?"
"Aku satu kelas dengan kamu, masa kamu lupa?"
"Iya aku ingat tapi maksudku kita belum kenalan, aku Dewi."
"Oh, iya kau Ratna....aku mau ke kantin kamu mau ikut tidak?"
"Oh iya, aku ikut."
Senang rasanya mendapat banyak teman baru, Ratna adalah salah satu teman sekelasku. Setelah MOS selesai, kami mulai mendapatkan pelajaran seperti biasa di sekolah.
Hari itu hari Senin, ketika kita pertama kali kita mulai belajar di SMA. Mata pelajaran pelajaran pertama, tapi tiba-tiba aku merasa takut.
"Kok gurunya seperti itu ya," bisikku kepada teman sebangku.
"Memang kenapa sih?," jawab Ratna.
"Itu, seram, sepertinya bapak itu galak," ucapku lagi.
Aku sempat takut sekali melihat penampilan guru pertama itu. Bayangkan saja, badannya tinggi besar, hitam, matanya tajam, dan yang paling membuat aku takut adalah kumisnya yang sangat tebal.
Karena sangat takut aku bahkan sampai merinding dan gemetar.
"Aduh bagaimana ini," ucapku lirih.
"Sudah, diam jangan ribut dulu, belum tentu bapak itu galak," jawab Ratna sambil melotot ke aku.
Akhirnya aku serius memperhatikan guru itu. Ternyata benar, setelah berkenalan dan memberikan pelajaran bapak itu tidak galak.
Suaranya lembut dan terlihat sabar. Akhirnya, pelan-pelan rasa takutku pun hilang.
Begitulah hari pertama yang menegangkan ternyata tidak seperti yang aku takutkan sebelumnya.
Pengalaman hari ini pertama masuk sekolah itu membuatku tidak takut lagi ketika melihat guru lain yang tampak galak.
Selama satu minggu libur sekolah, ayah dan ibu memberikan tugas untuk menjaga adik. Ayah dan ibu saat ini tengah sibuk melayani pembeli di pasar.
Sebelum adik lahir, aku sering membantu ibu dan ayah di pasar setiap kali libur sekolah. Tugasku biasanya menimbang beberapa sayuran dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Hal ini dilakukan agar pembeli bisa langsung mengambil sesuai berat yang diinginkan.
Namun, tahun ini aku menghabiskan waktu liburanku untuk mengasuh adik yang usianya masih 1,5 tahun. Adikku jarang rewel dan lebih banyak tidur siang sehingga aku tak kesusahan dalam mengurusnya. Akan tetapi, saat dia sudah buang air besar, terkadang aku kesulitan dan panik karena dia menangis kencang.
Untuk menenangkannya, ibu memberitahuku untuk menyediakan botol susu kemudian langsung mengisinya dengan ASI yang telah ibu simpan di freezer. Sempat aku memecahkan botol ASI yang terbuat dari kaca karena saat ini aku merasa sangat kewalahan dalam mengurus adik.
Agak melelahkan memang mengurus bayi itu, namun aku merasa senang karena dia menjadi nyaman bersamaku. Aku merasa waktu libur sekolahku menjadi momen untuk memperdekat hubunganku dengan keluarga.
Namaku Ari, aku seorang disabilitas kehilangan kaki karena kecelakaan. Sejak kecil aku suka sekali menggambar, bahkan sering kali juara lomba menggambar dan melukis. Sayang sekali setelah cacat, cita-citaku menjadi polisi harus kandas mengenaskan.
Setelah lulus, aku dibuat kebingungan. Sangat tidak percaya diri harus pergi ke kampus dengan diantar orang tua setiap hari. Apalagi harus bersosial dengan banyak orang normal disana. Akhirnya aku putuskan untuk tetap dirumah sambil menuangkan inspirasiku dalam lukisan.
Tahun berikutnya ayahku meninggal. Sedangkan ibuku yang sudah pensiun pun harus kerepotan membiayai sekolah adikku yang semakin mahal kebutuhannya. Uang tabungan pun kini juga semakin menipis. Kini ide apalagi yang harus aku perbuat dengan kondisiku yang cacat ini.
Akhirnya aku putuskan untuk banyak belajar bisnis dengan masuk ke sejumlah website. Akhirnya menemukan ide jika gambar-gambar bagus bisa dijual secara online. Dengan sisa tabungan kemudian akun membeli Tab untuk menggambar. Setiap hari kini aku mulai rajin menggambar dan mengunggah di situs jual beli gambar.
Dalam beberapa waktu hasil karyaku banyak dibeli. Bahkan orderan juga banyak datang. Kini tabunganku semakin banyak, bahkan untuk kebutuhan keluarga pun kini aku bisa membantu ibu. Sekarang kamar sudah saya anggap sebagai kantor untuk bekerja.
Cacat bukan sebuah masalah ataupun beban yang membuat diri kita berjalan mundur. Semua sudah ada yang mengatur, tidak akan ada rejeki yang datang sendiri karena kitalah yang harus menjemputnya sendiri.
Rasanya, biolaku tidak bersahabat denganku hari ini. Konser musikal sekolah diadakan sebentar lagi. Aku akan berada di kursi depan dan aku sudah berjanji pada diriku untuk tampil memukau. Tapi, dawai biolaku justru putus saat aku sedang berlatih.
Aku keluar dari tempat latihan sementara waktu. Aku duduk di kantin dan merasa sangat kesal. Tiba-tiba, Tania mengagetkanku, "Dooorr!"
"Kenapa kesal begitu?"
Aku menjelaskan alasanku merasa begitu kesal. Tania mendengarkanku lalu ia mulai bertanya, "Kalau misalnya kamu mau pergi naik pesawat dan memilih tiketnya kapan itu terserah kamu kan?"
"Iya. Kendali kita sih mau naik apa dan berangkat kapan." jawabku pada Tania. Kemudian Tania melanjutkan, "Kalau misalnya pesawatmu terlambat, itu bukan kendalimu kan?"
"Bukan sih."
"Nah sama juga dengan kejadianmu hari ini. Kamu bisa mengendalikan hal-hal yang kamu kendalikan. Misalnya latihan keras. Tapi biola kamu rusak bukan kendali kamu. Jadi, kamu nggak perlu mengeluh lagi. Ok?"
Mendengar itu, aku sadar bahwa perkataan Tania ada benarnya.
Untuk mengisi liburan sekolah, aku dan teman-teman pergi berkemah ke Gunung Putri. Kami menginap selama dua hari satu malam. Pengalaman berkemah kali ini cukup membuat kami tegang.
Saat kami baru saja tiba di puncak, ternyata tenda yang kami sewa robek. Awalnya kami tidak mempermasalahkan hal itu karena kami membawa lakban untuk menambalnya. Hingga saat malam tiba, kami baru merasakan ketegangan selama berkemah.
Tiba-tiba hujan mengguyur area tempat kami berkemah. Volume hujan sangat besar dan membuat tenda kami tak bisa menahan air sehingga kami semua kebasahan. Kondisi diperparah karena permukaan tanah di sekeliling digenangi air hujan.
Sebelumnya kami sudah membuat parit, namun tetap saja besarnya tak cukup menampung air hujan yang datang. Alhasil kami harus menunggu selama 6 jam hingga hujan reda.
Keesokan harinya kami merasa kelelahan atas kejadian semalam itu. Teman-temanku bahkan ada yang langsung terkena flu. Beruntungnya aku tak mengalami kondisi yang buruk pada tubuhku, meski sempat menggigil karena kebasahan.
Di hari terakhir kami berkemah, aku baru merasakan sensasi yang sebenarnya. Hari itu cuaca hangat dan membuat kami bisa bersenang-senang dengan bernyanyi, mengobrol, dan memainkan beberapa games tantangan.
Pengalaman berkemah ini menjadi cerita yang paling menarik bagiku sejauh ini. Selain menjadi pelajaran untuk lebih menyiapkan tenda berkemah, aku jadi tahu bagaimana cara bertahan di dunia yang tidak aman bagiku, yakni gunung.
Demikian ulasan mengenai contoh cerpen pengalaman pribadi singkat. Semoga bermanfaat!