Karya: Joko Pinurbo
Maukah kau menemaniku makan?
Makan dengan piring yang retak
dan sendok yang patah. Makan,
menghabiskan hatiku yang pecah.
Itulah makan malam terakhirnya
Di surga kecilnya yang suram.
Besok ia sudah terusir kalah
Dan harus pergi menuju entah
Lalu mereka berfoto bersama
Sementara mobil patrol berjaga-jaga
di ujung sana. Lalu hujan datang
memadamkan api di matanya.
Ia akan merindukan rumahnya
dan akan sering menengoknya
lewat mesin pencari kenangan
sebelum malam mimpinya.
Karya: Yuningtias
Serpihan malam
Getaran-getaran halus
Menggenggam lurus
Dalam detik ini
Ingin ku selimuti
Bayang-bayang sepi
Aku kehilangan bayangmu
Kusapu bekas bayangmu
Aku masih seperti kemarin
Menanti dalam hening
Namun kau tak bergeming
Menuju ke arahku
Entahlah… mungkin aku harus berlalu
Mengalah pada waktu
Karena aku di dirimu
Hanya sebagai sosok semu
Aku cukup berdiri disini
Tanpa segala sesuatu tentangmu
Karya: Sam Haidi
Tak akan sempat Insanterpaha;
ribuan nama memesan bersama-sama
sementara
mayat-mayat yang belum berangkat
terbaring berselimut puing-puing
O, Tsunami
Airmu bermuara di mata kami!
Karya: Jehan Sri Handayani
Alangkah indahnya dirimu
Kau mempunyai daun yang lebat
Kau berguna sebagai paru-paru dunia
Hutan malangnya nasibmu
Karena orang yang membakar dirimu
Sangat tega dan tidak mempunyai hati nurani
Dia tidak melihat
Begitu banyak orang yang sakit
Dan meninggal
Udara pun menjadi terganggu
Tanah pun menjadi gersang
Banjir melanda kota
Oh malangnya nasibmu
Karya: Fouren S. Wijaya
Kau yang kini tertawa
Memandikan harta
Duduk dengan santai
Berkawan dengan kemewahan
Darimana semua kau dapat?
Dari hutan yang kau tebang
Dari hewan yang kau bunuh
Apakah kau tak ingat?
Masih ada anak cucu kita
Yang mau melihat keindahan alam
Dan masih mau menghirup udara segar
Karya: Amir Hamzah
Karena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu
Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera
Berulang-ulang kuintai-intai
Terus menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan
Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Diujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna di tengah gembala
Sunyi sepi pitunang Poyang
Tadak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerencing genta rebana
Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya
Karya: Shara Nurrahmi
Termakan ego terkibas risau
Kini raga bagai terbilah pisau
Usah resah hingga meracau
Percuma sedu sedan hingga mengigau
Tulus yang terkenang
Sedih yang bergelimang
Harta berharga kini hilang
Seonggok hati kacau bimbang
Harta itu kini terbenam
Sembari menyayat sedikit malam temaram
Cintamu memang kelam
Hingga hatiku ruai sepanjang malam
Karya; Dendy Prasetyo
Sendiri memang sulit
Akal terbang mengayuh sakit
Bandingkan dengan nyata mereka
Hidup seakan sempit dan tak terakit
Jiwa merasa merana
Sendiri mengikat makna
Coba hadapi tapi sama
Sama nihil hasilnya
Berdua adalah harapan
Bagai cahaya setelah gelap
Berharap hujan kan reda
Dan jalani hidup yang cerah
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Ia gemetar naik ke ranjang
sebab menginjak ranjang serasa menginjak
rangka tubuh ibunya yang sedang sembahyang.
Dan bila sesekali ranjang berderak atau berderit,
serasa terdengar gemeretak tulang
ibunya yang sedang terbaring sakit.
Nah, itulah ulasan mengenai 20 contoh puisi pendek dari berbagai tema. Semoga informasi ini dapat memberikan manfaat bagi kamu ya!