Identitas
Judul : “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat”
Pengarang: Mark Manson
Jumlah Halaman : 71 halaman
Penerbit: Kompas Gramedia
Tahun Publikasi: 2013
Orientasi
Bagaimana cara fokus dengan hal-hal penting dalam hidup? Mark Manson mengajak pembaca untuk untuk melepaskan diri dari belenggu kekhawatiran, mencari arti yang lebih dalam dalam hidup, dan mengadopsi sikap yang lebih santai dan tak peduli terhadap hal-hal yang tidak benar-benar penting dalam buku ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, Mark Manson telah menjadi salah satu penulis paling berpengaruh dalam genre motivasi dan pengembangan diri. Karyanya telah memengaruhi banyak orang untuk mengeksplorasi hidup dengan lebih jujur, berani, dan autentik.
Sinopsis
Novel yang berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat bercerita tentang seseorang yang bernama Charles Bukowski yang mempunyai masa lalu yang kelam, suka mabuk-mabukan, berjudi, mempermainkan wanita, kasar, tukang utang dan seorang penyair. Dia bercita-cita menjadi seorang penulis terkenal namun karya-karyanya selalu ditolak oleh hampir disetiap majalah, jurnal-jurnal, surat kabar dan penerbit lainnya. Semua penerbit tersebut tidak mau menerbitkan karyanya dengan alasan tulisannya yang kasar, menjijikkan dan tidak bermoral.
Berpuluh tahun Bukowski hidup sebagai penyair dan kehidupan yang buruk, sampai pada akhirnya ada seorang editor yang tertarik akan karya Bukowski sehingga editor tersebut mau membantu untuk menerbitkan karya Bukowski. Mulai dari situlah Bukowski menulis karya-karya dan menjadi sukses. Novel ini merupakan cerita dibalik kesuksesan Bukowski yang sesungguhnya. Dia merasa “nyaman” dengan dirinya yang dianggap sebagai sebuah kegagalan.
Novel ini merupakan kisah nyata Bukowski yang intinya bagaimana ia menyikapi kegagalan dan kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya dengan cara bersikap “bodo amat” sehingga dia bertahan, merasa baik dan menerima disaat keadaan buruknya sehingga dia bisa menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut. Dengan bersikap bodo amat akan hal-hal atau masalah yang dihadapi maka kita sudah berhasil memutus rantai lingkaran setan.
Analisis
Mark Manson memiliki gaya penulisan yang lugas, tulus, dan humoris. Ia menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menekankan pesan-pesannya dengan penggunaan analogi dan cerita pendek yang menarik. Gaya penulisannya yang menghibur membuat buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat mudah diikuti dan menyenangkan untuk dibaca.
Meskipun buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat menyentuh beberapa konsep filosofis, beberapa pembaca mungkin merasa bahwa pendekatan Mark Manson terlalu permukaan dan tidak membahas secara mendalam konsep-konsep tersebut. Bagi mereka yang mencari pemahaman filosofis yang lebih mendalam atau analisis yang komprehensif, buku ini mungkin terasa sedikit kurang memuaskan.
Selain itu, pendekatan Mark Manson yang lugas dan kontroversial mungkin tidak sesuai dengan selera dan kebutuhan semua pembaca. Beberapa orang mungkin merasa bahwa buku ini terlalu “keras” dan tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Evaluasi
Salah satu kekurangan yang dapat ditemukan dalam buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat adalah pandangan-pandangan yang disampaikan oleh Mark Manson bisa jadi kontroversial bagi sebagian orang.
Seni bersikap bodo amat dan penekanan pada kepuasan diri sendiri dapat dianggap sebagai sudut pandang yang egois atau tidak bertanggung jawab bagi beberapa pembaca. Beberapa orang mungkin tidak setuju dengan pandangan-pandangannya yang mencabut beban tanggung jawab dan menempatkan kebahagiaan individu di atas segalanya.
Namun, buku ini tetap layak untuk menjadi salah satu buku pengembangan diri terbaik di abad ini karena menawarkan perspektif yang berbeda, menarik, dan menyegarkan.
Identitas
Judul : “Senyum Karyamin”
Pengarang: Ahmad Tohari
Jumlah Halaman : 71 halaman
Penerbit: Kompas Gramedia
Tahun Publikasi: 2013
Orientasi
‘Senyum Karyamin’ mengandung konflik seperti harga diri, kepedulian, kekhawatiran, kesemena-menaan, keputusasaan, dan toleransi. Dan semua itu adalah realitas atas kehidupan manusia. Meskipun cetakan pertamanya ditulis tahun 1989, namun nilai yang dibawa masih relevan hingga zaman sekarang. Cerpen ini mengangkat kehidupan warga pedesaan.
Sinopsis
Bercerita tentang seorang pemuda pengangkat batu kali yang bernama Karyamin. Karyamin dan kawan-kawannya setiap hari harus mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material. Kesewenang-wenangan para tengkulak mempermainkan harga batu membuat kehidupan Karyamin dan kawan-kawannya tak menjauh dari kemiskinan dan kelaparan. Para pengumpul batu itu senang mencari hiburan dengan menertawakan diri mereka sendiri. Itu adalah cara mereka untuk bertahan hidup. “Bagi mereka, tawa atau senyum sama-sama sah sebagai perlindungan terakhir. Tawa dan senyum bagi mereka adalah simbol kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinnya tanjakan.”
Pagi itu seperti biasa Karyamin mengangkut batu bersama kawan-kawannya. Namun beberapa kali ia tergelincir. Ia merasakan matanya berkunang-kunang dan perutnya melilit. Setiap kali tubuh Karyamin meluncur dan jatuh terduduk, beberapa kawannya terbahak bersama. Ketika bibir Karyamin nyaris membiru dan pening di kepalanya semakin menghebat menahan rasa lapar yang menggigit, Karyamin memutuskan untuk pulang walaupun ia tahu tak ada apapun untuk mengusir suara keruyuk dari lambungnya. Kegetiran Karyamin semakin menjadi ketika sesampainya di rumah Pak Pamong menagih sumbangan dana Afrika untuk menolong orang-orang yang kelaparan di sana.
Analisis
Tema yang diangkat dalam cerpen ‘Senyum Karyamin’ adalah perjuangan. Ahmad Tohari menempatkan Karyamin sebagai tokoh yang pantang menyerah dan memiliki hati yang sabar. Cerpen ini dekat dengan kehidupan sehari-hari, karena latar suasana yang digambarkan berupa kesedihan dan kesenangan. Pengarang banyak menggunakan majas hiperbola dan personifikasi pada cerpen ini.
Evaluasi
Banyak pesan moral yang bisa diambil pembaca dalam cerpen ini. Namun, ada beberapa kata kasar dan kata daerah yang sulit dimengerti. Cerpen ini memberikan pelajaran tentang nilai moral terutama perihal tanggung jawab kemanusiaan. Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan yang ada, cerpen ini tetap nyaman dan layak untuk dibaca. Cerpen ini cocok dibaca untuk kalangan remaja hingga dewasa, ataupun penggemar cerita pendek klasik.
Identitas
Judul : “Keluarga Cemara”
Sutradara: Yandy Laurens
Durasi : 110 menit
Tanggal Rilis: 2018
Pemain: Ringgo Agus, Nirina Zubir, Zara Adhisty, Widuri Putri
Orientasi
Film Keluarga Cemara mungkin bukanlah film terbaru, namun kesannya masih membekas di hati penontonnya. Film ini mengisahkan kisah keluarga yang sederhana namun mengharukan. ‘Keluarga Cemara’ diangkat dari sinetron tahun 1990-an dengan judul yang sama. Cerita versi film yang ditulis Yandy Laurens bersama Gina S. Noer memiliki perbedaan dengan versi sinetron yang ditulis Arswendo Atmowiloto. Misalnya latar tempat, latar waktu menjadi lebih modern, karakter Euis lebih modern, tidak kembali ke Jakarta. Meski begitu, tidak mengurangi esensi dari cerita yang sudah ada tetapi justru melengkapi.
Sinopsis
Keluarga Cemara berkisah tentang kehidupan keluarga di Jakarta yang sebelumnya berkecukupan dan kemudian berubah ketika mereka mengalami masa sulit akibat paman yang meminjam sertifikat rumah milik Abah (Ringgo Agus Rahman) yang membuat Abah bangkrut. Kemudian untuk sementara waktu, Abah memutuskan untuk pindah ke rumah di daerah terpencil Bogor, Jawa Barat. Rumah tersebut adalah warisan dari ayah Abah dan merupakan tempat di mana Abah menghabiskan masa kecilnya. Dalam persidangan, ternyata Abah kalah dan keluarga mereka terancam hidup dalam kemiskinan di desa tersebut untuk selamanya. Abah kemudian menjadi driver ojek online yang berpenghasilan tidak tetap.
Sehingga, Euis (Adhisty Zara) anak pertama dari keluarga ini menjadi sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, sedangkan Ara (Widuri Putri Sasono) masih belum paham arti bankrut yang dialami keluarganya. Keluarga ini pun memiliki tekad untuk pindah kembali ke Jakarta karena tidak mampu beradaptasi dengan menjual tanah rumah warisan keluarga.
Akan tetapi, pada akhirnya mereka mengurungkan keinginan tersebut dan menyadari di rumah inilah mereka semakin memahami tentang kasih sayang. Mereka harus bersatu dan mengatasi semua rintangan yang datang, sambil belajar menghargai nilai-nilai kekeluargaan dan melawan kesulitan dengan kekuatan persatuan. Cerita ini bertambah lebih menarik dengan lahirnya anak ketiga yang menambah kebahagiaan dalam keluarga tersebut.
Analisis
Film Keluarga Cemara mempunyai alur yang menarik dan mendalam karena menghadirkan pesan-pesan berarti sepanjang ceritanya. Film ini mengingatkan kita akan pentingnya keluarga dalam kehidupan. Terlepas dari situasi sulit atau bahagia, keluarga tetap menjadi tempat pulang. Dengan penyajian cerita yang sederhana namun realistis, film ini mampu merangkul kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Film ini berhubungan erat dengan kehangatan dan melibatkan banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil.
Evaluasi
Sayangnya, di tengah kehangatan emosional dan nostalgia yang dihadirkan dalam setiap adegan, film Keluarga Cemara juga mempunyai beberapa kekurangan yang mengurangi kenyamanan dalam menontonnya. Beberapa adegan terasa tidak memiliki arah yang jelas, seperti kemunculan tiba-tiba sosok debt collector.
Selain itu, kehadiran penyedia layanan transportasi daring juga dianggap mengganggu karena sering muncul dan terkesan sebagai bentuk promosi yang berlebihan. Beberapa adegan juga masih terasa seperti adegan dalam sinetron televisi, misalnya saat Abah mengalami kecelakaan, di mana penonton diberi petunjuk yang terlalu jelas melalui gerakan kamera dan dialog, seperti dalam adegan sinetron. Bahkan pada akhir film, terdapat upaya untuk menambahkan sedikit kesedihan yang terasa dipaksakan.
Identitas
Judul : “Perburuan Piring Emas”
Pengarang: Jacques Futrelle
Jumlah Halaman : 172 halaman
Penerbit: Laksana
Tahun Publikasi: 2022
Orientasi
Perburuan Piring Emas atau yang dalam judul aslinya adalah The Chase of the Golden Plate merupakan novel karya Jacques Futrelle, penulis misteri asal Amerika. Novel ini merupakan novel yang legendaris, karena diterbitkan pertama kali pada tahun 1906. Adapun Jacques Futrelle sendiri, tewas dalam tragedi tenggelamnya kapal Titanic yang kita kenal sampai saat ini.
Sinopsis
Di tengah pesta topeng masyarakat kelas atas, seseorang melakukan pencurian yang berani. Beberapa lempengan emas telah dicuri, nilainya diperkirakan mencapai lima belas ribu dollar. Yang lebih mengejutkan lagi adalah kenyataan bahwa kejahatan tersebut tampaknya dilakukan oleh seorang tamu yang mengenakan kostum Pencuri, lengkap dengan pistol yang terisi peluru asli!
Bersembunyi di depan mata, pencuri itu melarikan diri dengan jarahannya dan pergi bersama seorang wanita yang berambut pirang dan cantik. Pihak berwajib kesulitan mencari identitas sang pelaku, karena tidak ada ciri-ciri apa pun yang bisa dikenali dari sang Pencuri. Gadis cantik berambut pirang pun tidak membantu.
Seorang wartawan yang penuh rasa ingin tahu ikut mengusut kasus ini hingga akhirnya dia punya lebih banyak informasi dan fakta daripada pihak berwajib yang seharusnya lebih unggul. Berikut akan disajikan kisah mencekam tentang romansa, kehormatan, dan misteri yang menampilkan Profesor Van Dusen tercinta, yang lebih dikenal sebagai Mesin Berpikir.
Analisis
Masih bertahan di bagian best seller hingga 117 tahun berikutnya, sebenarnya sudah membuktikan eksistensi novel klasik yang satu ini. Novel Perburuan Piring Emas memang menampilkan intrik yang berlimpah melalui ceritanya. Mulai dari premis, teknik penulisan, alur cerita, dan misteri yang disajikan dapat memuaskan pembaca.
Pada awal kisah ini, pembaca akan disuguhi dengan suasana glamor, megah, dan menyenangkan. Jacques Futrelle berhasil membentuk banyak ekspektasi atau kemungkinan skenario yang dapat terjadi selanjutnya di benak pembaca. Namun, Jacques Futrelle sukses juga mengejutkan pembaca dengan langsung menyajikan konflik utama di bagian yang terlalu awal.
Pembaca kemudian diajak terlibat dalam misteri yang tidak sederhana ini. Misteri yang sulit untuk dipecahkan, yang membentuk banyak spekulasi yang salah. Jacques Futrelle berhasil menyajikan twist yang mengejutkan pembaca.
Evaluasi
Secara keseluruhan, kisah klasik ini menyajikan angin segar yang bisa memuaskan para pecinta kisah misteri. Novel yang bisa membawa pembaca menyusuri masa lalu yang penuh dengan kemegahan, tetapi juga konflik yang kompleks. Novel ini sangat direkomendasikan untuk mengisi waktu luang.
Namun, novel Perburuan Piring Emas ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan novel ini terletak pada gaya penulisannya yang terkesan kurang mengalir, yang bisa dimaklumi karena buku ini ditulis lebih dari 100 tahun yang lalu. Beberapa pembaca mungkin merasa kesulitan dalam memahami beberapa bagian, tetapi secara keseluruhan novel ini bisa dinikmati.
Identitas
Judul : “The Ikigai Journey”
Pengarang: Hector Garcia & Francesc Miralles
Jumlah Halaman : 289 halaman
Penerbit: Renebook
Tahun Publikasi: 2022
Orientasi
Buku yang ditulis oleh Hector Garcia dan Francesc Miralles akan menjelaskan bagaimana perjalanan kamu hingga menemukan ikigai dan cara menerapkan konsep ikigai dalam hidup kita agar hidup menjadi lebih berarti dan memiliki tujuan.
Buku ini akan mengajak kamu melihat keajaiban orang Jepang dalam melakukan lompatan besar dan cepat yang membawa nya dari ketidakmungkinan menjadi kemungkinan di semua aspek kehidupan. Kedua penulis menemukan efek shinkansen ketika meneliti keajaiban bangsa Jepang dimana sejak tahun 1960-1980 ketika mereka bangkit dari kehancuran pasca perang hingga saat ini menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia dan menjadi negara maju.
Sinopsis
Bagian Pertama: Perjalanan Mengarungi Masa Depan
Perjalanan mengarungi masa depan akan membawa kita melewati masa depan yang mirip dengan kota Tokyo yang menyimbolkan modernitas dan juga inovasi. Ketika jepang membangun kereta shinkansen yang kecepatannya tidak pernah terjadi sebelumnya, mereka menyebut dengan “Keajaiban Jepang” karena perubahan radikal ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan dikenal sebagai “Efek Shinkansen”.
Dalam bab ini, kita ditantang untuk memikirkan bidang kehidupan mana yang ingin kita terapkan ‘Efek Shinkansen’ dan membuat daftar inisiatif yang harus dilakukan untuk mempermudah mencapai tujuan ini. Dengan memvisualisasikan tujuan-tujuan yang tampaknya ‘mustahil’ ini, kita bisa menyingkirkan ide-ide atau proses-proses sebelumnya.
Bagian Kedua: Perjalanan Mengarungi Masa Lalu
Kemudian perjalanan masa lalu yang membawa pembaca ke kota Kyoto, sebuah ibu kota kuno yang ditambatkan dalam tradisi. Grameds apakah pernah terpikirkan apa saja hal yang benar-benar ingin kamu lakukan dalam hidup, tapi menurutmu itu mustahil? Bab ini membantu kamu memikirkan ‘usaha mustahil’ di masa lalu dan menetapkan tujuan per minggu untuk melakukan setidaknya satu hal yang kamu rasa tidak mampu Anda lakukan.
Bagian Ketiga: Perjalanan Mengarungi Masa Kini
Perjalanan masa kini yang akan membawa kita ke kota Ise, kota di wilayah pesisir yang memiliki kuil kuno yang dihancurkan dan dibangun setiap dua puluh tahun. Filosofi Jepang ganbarimasu tentang tidak berhenti sampai suatu tujuan tercapai dan melakukannya sebaik mungkin. Sebelum kamu memulai, penting untuk mengetahui dengan jelas apa tujuan akhir kamu sebenarnya. Nah pada bab ini kamu akan diajak untuk merenungkan pertanyaan, Gairah atau ikigai apa yang bisa memotivasi kamu untuk mengabdikan hidup pada hal yang kamu tekuni.
Analisis
Buku ini ditulis oleh Hector Garcia yang sudah mempelajari mengenai ikigai dan pola hidup orang Jepang, serta Francesc Miralles merupakan penulis terkenal dibidang kesehatan dan spiritualitas. Maka tidak heran bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan pembacanya.
Evaluasi
Sebagai buku international best seller, buku The Ikigai Journey ini memiliki banyak kelebihan. Buku yang didesain dengan warna kuning yang hangat dan design bunga yang sangat merepresentasikan nuansa Jepang. Bagi kamu yang sedang mencari dan memantapkan ikigai sampul buku ini saja langsung akan membuat kamu menjadi lebih penasaran.
Namun, kamu harus bisa memahami dan meresapi isi dari buku ini secara perlahan. Mungkin untuk sebagian orang buku ini akan membuat rasa jenuh. Pembaca harus bersabar dan mau belajar sehingga dapat menyerap nilai-nilai yang diajarkan pada The Ikigai Journey.
Identitas
Judul : “The Alpha Girls Guide”
Pengarang: Henry Manampiring
Jumlah Halaman : 280 halaman
Penerbit: Gagas Media
Tahun Publikasi: 2020
Orientasi
Buku The Alpha Girl’s Guide merupakan buku non fiksi yang ditulis oleh Henry Manampiring atau kerap disapa Om Piring, seorang Strategic Planner di dunia advertising. Buku ini ditulis berdasarkan hasil pengamatan, riset, wawancara langsung, serta diskusi dengan banyak perempuan di media sosial. Buku ini termasuk jenis buku self development yang sedang disukai perempuan muda akhir-akhir ini. Terdiri dari 9 bab yang mana setiap babnya selalu disertai dengan animasi gambar, kolom question of the day, kolom alpha exercise, kolom alpha sister says, serta kolom alpha learning yang merupakan ringkasan dari setiap babnya.
Sinopsis
Bab pertama pada buku ini menjelaskan apa itu alpha female. Seperti yang sudah diuraikan pada paragraf di atas, alpha girl merupakan perempuan-perempuan yang berada di puncak karena prestasi serta attitude-nya. Mereka percaya diri dan mengoptimalkan potensinya dengan baik.
Bab kedua membahas mengenai alpha student, bagaimana seorang alpha girl berperilaku sebagai seorang pelajar. Bab ini menyinggung mengapa perempuan harus berpendidikan tinggi. Bagian paling favorit dalam bab ini adalah, “Nggak ada yang lebih bego dari mementingkan cowok di atas pendidikan/ilmu. Ilmu tidak akan selingkuh atau minta putus. Ilmu tidak akan minta kawin lagi, atau minta cerai. Ilmu akan selalu ikut kamu.”
Bab ketiga yaitu the alpha friend, bagaimana seorang alpha girl berteman. Bab ini mengajarkan agar seorang alpha girl menolak untuk dimanipulasi teman dan juga menolak untuk memanipulasi teman, say no to gosip! Bab keempat membahas mengenai the alpha lover, bagaimana seorang alpha girl saat pacaran, saat patah hati, mengenali karakteristik lelaki, serta topik menikah.
Bab kelima yaitu the alpha worker, bagaimana seorang alpha professional berperilaku di pekerjaan dan kantor, apa yang perlu dilakukan saat pertama memulai bekerja. Bagian yang paling saya sukai dari bab kelima ini adalah “nilai/IPK itu penting,” banyak motivator yang berkata bahwa nilai IPK tidak penting dan tidak menjamin sukses. Benar, IPK tidak menjamin sukses jika kita memilih menjadi seorang pengusaha/enterpreneur. Namun, beda lagi ketika kita ingin bekerja di perusahaan yang bagus, IPK akan sangat membantu perjalanan karir kita. Jadi, secara tidak langsung, IPK juga berperan dalam proses kesuksesan kita.
Memasuki bab keenam yaitu the alpha look, bagaimana seorang alpha girl merawat penampilan dirinya. Penampilan memang bukan penentu sukses terpenting, namun tidak bisa diabaikan juga. Tampil menariklah untuk diri sendiri terlebih dahulu, baru untuk orang lain. Selanjutnya bab ketujuh membahas mengenai the alpha care, bagaimana seorang alpha girl membawa dampak positif bagi orang lain. Kejarlah ilmu, prestasi, keahlian, dan segala kemampuan, bukan untuk dirimu sendiri, tapi kelak agar bisa membantu orang lain.
Bab kedelapan adalah meet the alpha female, penulis menemui dan mewawancarai alpha female Indonesia yaitu Najwa Shihab dan Alanda Kariza. Pada bab ini diulas bagaimana kisah hidup mereka, apa rahasia keberhasilan mereka, siapa inspirasi mereka, serta pesan mereka untuk para perempuan. Bab terakhir yaitu your alpha future, bahwa kitalah yang harus memulai perjalanan untuk menjadi alpha future. It’s not only about your Alpha Future. It’s also OUR Alpha Future.
Analisis
Buku ini memberi banyak inspirasi, banyak ilmu-ilmu yang tidak diajarkan di sekolah maupun di kampus. Selain fokus pada kekuatan dan passion yang harus dimiliki seorang alpha girl, penulis juga melengkapi pembahasannya dengan sisi buruk seorang alpha girl yang harus dikendalikan. Penggunaan bahasa yang santai, terdapat beberapa lelucon, membuat The Alpha Girls Guide mudah dimengerti karena disertai dengan analogi dan contoh yang relevan dengan kehidupan kita.
Evaluasi
Buku non fiksi ini memiliki banyak kelebihan. Selain cover yang menarik, setiap babnya dikemas dengan rapi dan saling berhubungan dengan bab selanjutnya. Terdapat beberapa footnote yang bisa ditelusuri sumbernya. Buku ini juga menghadirkan wawancara dengan wanita Indonesia yang inspiratif. Sayangnya, ukuran huruf atau font-nya terlalu kecil dan terdapat kutipan bahasa Inggris yang tidak disertai artinya.
Identitas
Judul : “Gundala”
Sutradara: Joko Anwar
Durasi : 123 menit
Tanggal Rilis: 2019
Pemain: Abimana Aryasatya, Tara Basro, Lukman Sardi, Bront Palarae, dll.
Orientasi
Gundala menjadi gerbang pembuka perjalanan cerita jagat sinema Bumilangit. Gundala diadopsi dari komik pahlawan super ‘Gundala Putra Petir yang dibuat tahun 1969 oleh Harya Suraminata atau yang akrab disapa Hasmi. Film ini dihiasi dengan konflik seputar kemanusiaan, percintaan, kesenjangan sosial, dan politik yang relevan dengan situasi saat ini.
Sinopsis
Gundala menceritakan seorang yang bernama Sancaka yang tanpa ia sadari memiliki kekuatan super, kekuatan yang dimiliki adalah kekuatan petir yang didapatkannya akibat tersambar petir. Pada awal cerita, film ini mengisahkan sancaka kecil yang diperankan oleh (Muzaki Ramadhan) yang harus bertahan hidup sendiri di jalanan. Ayah Sancaka (Rio Dewanto) telah meninggal dunia dikarenakan menuntut keadilan di tempat ia bekerja, ayahnya sebagai buruh pabrik yang tidak mendapatkan perlakuan secara baik dan adil. Dan ia serta rekan-rekannya mengadakan demo, naasnya ayah Sancaka secara mengejutkan ditikam oleh orang yang tidak dikenal pada saat unjuk rasa. Selang setahun ibu Sancaka meninggalkan kota dan Sancaka untuk bekerja, namun tidak pernah kembali kerumah.
Dengan terpaksa Sancaka harus bertahan hidup dengan bekerja semampu kekuatan tubuh kecilnya. Ia juga berlatih pencak silat untuk membela diri. Singkat cerita, Sancaka (Abimana) tumbuh menjadi pria dewasa yang berprofesi sebagai satpam di sebuah pabrik percetakan koran. Ia tinggal disebuah rumah susun bersama tetangganya, Wulan (Tara Basro). Wulan merupakan tokoh heroik sebagai pembela pedagang-pedagang pasar yang tertindas akibat ketidakadilan.
Dalam kisah ini dihadirkan sosok Pengkor (Bront Palarae) sebagai pemeran antagonis yang kuat. Ia sangat ditakuti dan disegani oleh para anggotanya. Dendamnya akan masa lalu membuat ia mendidik anak-anak panti asuhan menjadi manusia yang kuat dan kejam. Anak didiknya juga tersebar di berbagai negeri. Ketika Pengkor meminta bantuan mereka semua akan bersedia berkumpul untuk membantu Pengkor menyelesaikan masalah.
Konflik dimulai ketika timbul keresahan warga akibat gudang penyimpanan beras, yang dimana beras disana terkontaminasi oleh serum amoral. Pengkor Menyusun skenario agar kejadian itu membuat masyarakat berbondong-bondong untuk menyuntikan penawaran yang ditawarkan oleh Pengkor. Tetapi kenyataannya itu akan merugikan masyarakat karena serum amoral hanya bekerja kepada ibu-ibu hamil yang akan membuat anaknya nanti saat lahir akan cacat seperti Pengkor.
Analisis
Menurut penulis, ada beberapa scene perkelahian yang kurang all out. Selain itu, kekuatan yang dimiliki Gundala kurang sesuai dengan ekspektasi penonton. Alangkah baiknya jika penonton anak-anak didampingi oleh orang dewasa, karena terdapat dialog yang berisi umpatan-umpatan.
Berbicara soal alur, film ini sangatlah menarik karena dihiasi konflik sosial dan politik yang tengah terjadi di negara kita. Terlebih, belum ada film Indonesia yang mengangkat tokoh superhero seperti Gundala.
Evaluasi
Di atas kekurangan dan kelebihannya, Gundala menjadi pernyataan sikap Joko Anwar. Hasmi dan angkatannya memiliki keresahan yang dituangkan ke dalam komik. Era Hasmi bisa jadi tak sebebas sekarang. Problem masyarakat di era Hasmi juga berbeda dengan sekarang. Joko menempatkan Gundala di era sekarang dengan segala kerumitannya. Sikap dan keresahan Joko tergambar dalam sejumlah dialog yang disampaikan beberapa tokoh.
Dari seabrek dialog penting itu, ada dua yang mengena di benak penonton.. Pertama, “Karena kalau kita membiarkan ketidakadilan terjadi di depan kita maka kita bukan manusia lagi.” Kedua, “Sepanjang hidup saya, hal yang tidak bisa bertahan lama adalah perdamaian.” Artinya, masih ada manusia yang rela berhenti menjadi manusia (baca: melakukan ketidakadilan) kita butuh patriot. Dan karena kedamaian tak pernah langgeng, kita butuh (lebih banyak) patriot.
Identitas
Judul : “Laut Bercerita”
Pengarang: Laila S Chudori
Jumlah Halaman : 394 halaman
Penerbit: Keputusan Penerbit Gramedia (KPG)
Tahun Publikasi: 2017
Orientasi
Novel ini mengangkat tema persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dan rasa kehilangan. Dengan berlatarkan waktu di tahun 90-an dan 2000, novel ini mampu membius para pembacanya untuk menerobos ruang masa lalu dan kembali melihat peristiwa yang terjadi di tahun yang bersangkutan. Dengan kata lain, novel ini mengingatkan para pembacanya akan era-era reformasi di tahun 1998 yang bernas akan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat.
Sinopsis
Laut Bercerita menceritakan terkait perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa. Tidak hanya itu, novel ini pun merenungkan kembali akan hilangnya 13 aktivis, bahkan sampai saat ini belum juga ada yang mendapatkan petunjuknya.
Cerita dalam novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dengan jarak waktu yang jauh berbeda. Adapun bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama Biru Laut beserta para kawan sesama aktivisnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka. Sementara pada bagian kedua, kisahnya diambil dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut yang mempunyai tujuan atau visi yang cenderung berlainan dengan Laut.
Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.
Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.
Tidak hanya membicarakan terkait aktivitas Laut dan teman-temannya dalam pergerakan yang hendak mereka jalani, ada pula sisipan kisah antara Laut dan anggota keluarganya. Saat Laut dan teman-temannya menghilang, semua kehidupan mereka dan orang-orang terdekat mereka pun senantiasa berubah.
Analisis
Leila S. Chudori selaku penulis novel Laut Bercerita telah berhasil menetapkan tema dalam novel ini. Tema yang diusungnya mengenai kemanusiaan pantas membuat novel ini memperoleh predikat genre historical fiction terbaik. Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan alias nyata. Terlebih, bagian di mana Laut beserta teman-temannya disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi. Pilihan kata dan penggunaan bahasa terbilang mudah dipahami sebab tak ada istilah atau ungkapan asing yang menjadikan para pembaca sukar memahami isi cerita.
Evaluasi
Novel Laut Bercerita bersifat edukatif. Hal itu dibuktikan bahwa di dalamnya memuat pengetahuan sejarah pergerakan dalam menegakkan keadilan sosial dan asas demokrasi. Dengan begitu, setelah selesai membaca novel ini, ada banyak pengetahuan mengenai sejarah yang akan kalian dapatkan.
Selain itu, di balik suksesnya sebuah novel, tentu ada moral value yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dalam novel ini, salah satunya adalah cara agar seorang manusia dapat memanusiakan manusia dari segala aspek.
Akan tetapi ada sedikit kekurangan atau kelemahan dalam novel ini, seperti alur cerita yang digunakan ialah alur campuran atau maju mundur. Apabila para pembaca yang belum terbiasa dengan alur tersebut, akan cenderung kesulitan atau bingung. Hal itu karena dibutuhkannya sikap fokus dan pemahaman secara saksama supaya dapat mengikuti alur cerita dengan baik.
Informasi karya
Judul : Indonesia Rumah Kita
Penulis : Ahmad Syafii Maarif, Mahfud MD, Benny Susetyo, Alissa Wahid, Faisal Oddang, dkk.
Penerbit : Liputan Enam
Edisi : Pertama, 2019
Tebal : 255 halaman
Intisari karya
Dalam buku ini dihimpun buah pemikiran dari banyak tokoh di negeri ini. Nama-nama pemikir itu juga tidak asing, seperti Buya Syafii Maarif, Alissa Wahid, Mahfud MD, Butet Kertaradjasa, dan lain lain. Juga muncul nama-nama sastrawan yang seperti Faisal Oddang dan Linda Christanty. Semuanya ibarat sebuah parlemen sidang, sedang menguatkan keragaman Republik ini dari sudut kepakaran masing-masing.
Boleh disimpulkan bahwa keberagaman yang dipotret dalam banyak tulisan buku ini adalah keelokan ragam budaya dan anomali gesekan akibat keelokan tersebut.
Fokus yang dibahas Agni Malagina adalah potret keberagaman Indonesia dari sepotong kain batik Tiga Negeri. Batik tiga warna yang memadukan pola batik dari Lasem, Pekalongan, dan Solo. Pun tiga warga: merah, biru, dan cokelat sogan. Perpaduan tiga kawasan ini juga yang dijadikan potret betapa cair budaya Indonesia, khususnya batik. Sepotong wastra tersebut mampu mengadopsi khazanah masing-masing daerah. Lebih dari itu Batik Tiga Negeri juga menjadi cawan peleburan atas budaya Nusantara, Tiongkok, dan Belanda.
Tiga ciri warna dipercaya memiliki arti merah getih pitik (merah darah) cerminan tradisi Tionghoa dari Lasem, biru indigo Belanda Pekalongan, dan cokelat sogan yang sarat makna filosofi Jawa (hlm 20).
Selain wastra, negara kita juga kaya akan bahasa daerah. Ini yang dipotret oleh Joni Endardi. Kepala Bidang Pengembangan Strategi Kebahasaan, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemedikbud ini mengutarakan perihal betapa kayanya bahasa daerah kita.
Sumpah Pemuda memang memproklamirkan bahwa rumpun-rumpun bahasa itu akan menjungjung hormat pada bahasa kesatuan Bahasa Indonesia. Tampak bahwa itu kelak akan menafikan bahasa-bahasa daerah demi unggulnya bahasa persatuan. Namun ternyata, peristiwa paling sastrawi dalam sejarah Indonesia itu--meminjam kalimat Butet Kartarejasa--menyediakan ruang netral untuk saling berinteraksi, tanpa melukai, dan merasa bahasanya lebih tinggi dari bahasa lain.
Endardi membuktikan dengan kosakata malam dan mata saja bisa memunculkan banyak sekali lema dari bahasa daerah. Keberagamaan ini adalah kekayaan linguistik yang bila tidak dirawat dapat musnah dan digerus bahasa-bahasa prokem dan bahasa asing.
Kelebihan
Kebudayaan Indonesia beragam bukan hanya dalam perkara wastra dan bahasa. Beberapa esai dalam buku ini memaparkan pundi-pundi kebudayaan yang harus diterima beragam. Mulai dari kesenian daerah, teater, atau ritual-ritual kebudayaan dari penjuru Indonesia. Namun, bila boleh yang sepertinya belum banyak dibahas adalah hal kuliner. Hanya satu esai membahas makna toleransi agama Islam dan Hindu dari semangkuk soto Kudus.
Urusan soto, sambal, satai, misalnya, memiliki ragam dan wujud asimilasi budaya di setiap daerah. Keberagaman racikan tidak kemudian memunculkan pertikaian antarpenggemar masing-masing soto. Pelajaran menghargai perbedaan dari ragam kuliner akan membuat pembicaraan dalam buku semakin komprehensif. Dan ketidakhabisan kekayaan Indonesia untuk dibahas dalam kerangka keberagaman justru menguatkan klausa di awal bahwa Indonesia memang lahir untuk heterogen.
Menarik adalah mencermati dua esai milik Faisal Oddang dan Linda Christanty. Dua esai cukup panjang ini tidak berusaha membeberkan keberagaman lewat data maupun jawaban-jawaban sekadar formalitas dan normatif. Keduanya justru mengambil sisi lain dari indahnya keragaman: bahwa muncul konflik yang entah sengaja atau tidak dibiarkan begitu saja.
Di balik kebudayaan bissu di Toraja, muncul persoalan lain, yaitu musnahnya bissu sebab muncul kecenderungan homogen dalam masyarakat juga soal kepentingan ekonomi. Eksistensi bissu sebagai produk kebudayaan Toraja dewasa mulai terkikis oleh budaya lain yang tampil lebih dominan.
Gesekan-gesekan lain akibat perbedaan juga ditengarai menjadi sebab banyak peristiwa berdarah. Linda Christanty mencoba membalik fakta di balik keragamaan bernama Indonesia ada banyak kasus berdarah yang sengaja disimpan di bawah permadani zamrud khatulistiwa. Perbedaan bila diperlakukan keliru terbukti menjadi bahan bakar konflik horizontal, hingga berdarah.
Topik-topik pembahasan dalam buku sejatinya adalah tamparan halus kepada kelompok-kelompok yang berusaha membuat wajah Indonesia homogen. Fakta-fakta lapangan yang diejawantahkan penulis dalam buku ini bukti telak hal tersebut. Hingga tidak sekadar menjadi bangsa besar yang menghargai sejarah, juga memberikan perbedaan.
Kesimpulan
Jelas di luar buku ini, masih banyak unsur-unsur di tengah masyarakat yang menyuratkan keragaman Indonesia. Buku ini sekelumit dari lautan perbedaan dalam kehidupan bangsa kita. Mengutip kalimat Gus Dur dalam tulisan Alissa Wahid: yang sama, jangan dibeda-bedakan. Yang beda, jangan disama-samakan. Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa ada perbedaan (hlm. 39).
Namun, menjaga kemajukan bukan sekadar dengan peneriman. Gus Dur mengajukan syarat utama penopang hal tersebut, yakni kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan.
Bangsa kita mau tidak mau harus diakui belum sepenuhnya memenuhi tiga syarat tersebut. Bangsa kita masih terus mengupayakan. Oleh sebab itu, buku ini hadir tatkala bangsa ini diuji kekuatan dalam menjaga kesatuan di tengah perbedaan.
Identitas karya:
- Pemain: Beby Tsabina, Bio One, Junior Roberts, Cut Mini, dan Donny Damara, Ali Asegaf (Putra), Debo Andryos (Afif), Rigen Rakelna (Angling), Putera Wicak (Sakti)
- Produser: Frederica
- Sutradara: Danial Rifki
- Penulis: Danial Rifki
- Produksi: Falcon Pictures
- Durasi: 1 jam, 38 menit
Intisari Karya
Gita (Beby Tsabina) tinggal dalam keluarga yang bahagia bersama ayah (Donny Damara), ibu (Cut Mini), dan adiknya, Rizka (Jihan Fairuz). Pukulan ekonomi memaksa sang ayah mengadu nasib ke Amerika Serikat. Lulus SMA, Gita kuliah ke Jerman.
Di sana, ia mengenal Putra (Ali Asegaf), Afif (Debo Andryos), Rigen (Angling), Sakti (Putera Wicak), dan Paul (Bio One) yang menjajal peruntungan sebagai pembuat konten YouTube. Kehadiran mereka membuat hidup Gita yang sepi dan kelabu kembali cerah.
Gita sendiri berjuang melawan patah hati akibat diselingkuhi pacar, Robi (Junior Roberts) yang mengaku tak mampu menjalin hubungan jarak jauh. Gelagat perselingkuhan sudah terasa sejak Robi memblok akun Instagram Gita. Nyaris bunuh diri di dapur dan putus asa karena kesusahan mencerna mata kuliah, kehadiran Paul yang tengah mencari Tuhan memberi perspektif unik dalam hidup Gita.
Kelebihan
Menilik garis besar cerita, kita melihat keluarga dan hidup Gita yang berdimensi sekaligus kompleks. Gita yang galau tentang masa depan, gaya busana, dan kegagalan menjalin hubungan dibawakan Beby dengan apik.
Konflik membuat hidupnya bergelombang namun emosi tak harus meledak-ledak. Natural dan tampak manusiawi meski di satu adegan tampak ekstrem. Robi di tangan Junior terlihat punya karisma. Bio One di awal kurang bertenaga lalu menemukan momentum di kamarnya yang sempit.
Di rumah Gita, kita melihat Cut Mini dengan air muka tenang lalu bergradasi menampilkan beban berat di raut seiring tanjakan konflik. Puncak film ini pertemuan Gita dan ayahnya di negeri orang di mana Donny yang tampak tua mulai bingung mencerna masalah hidupnya sendiri.
Kekurangan
Tergambar jelas tekanan hidup dan kesepian di mukanya. Dengan karakter yang kaya, grafik konflik di film ini sejujurnya terasa kurang tajam. Apa yang sebenarnya terjadi? Itulah yang kami pikirkan usai menonton.
Pertama, bisa jadi arah naskah yang merembes ke banyak aspek. Di awal, Rentang Kisah mengusung pengkhianatan. Memasuki pertengahan, berubah warna menjadi pencarian akan Tuhan yang solusinya lagi-lagi ganti keyakinan. Di babak final, pengkhianatan dan pencarian dianggap berakhir.
Problem diganti menjadi pulang sebagai tema besar. Babak-babak awal yang kurang tuntas mau tak mau selesai di ujung kisah. Akhirnya ada beberapa puncak konflik yang sepintas terasa berakhir begitu saja. Atau entah ke mana perginya.
Rentang Kisah jadi cerita gado-gado. Banyak tema dan tampak enggan menitikberatkan ke topik yang mana. Ini mengundang konsekuensi lain, yakni karakter-karakter pendukung di Rentang Kisah terasa kurang berdampak. Toh, pada akhirnya Gita pulang, titik.
Begitulah Rentang Kisah memulai dan mengakhiri cerita. Para pemain menunjukkan effort namun untaian naskah membuat mereka tampak kurang cerlang. Meski demikian, masih ada ruang-ruang dalam dialog yang membuat hati kita hangat.
Kesimpulan
Percakapan ibunda Gita dengan asisten katering soal sedekah Jumat, misalnya. Bu, kalau telurnya dibagi empat? tanya asisten. Kalau kita mau bersedekah, walaupun kita susah kita harus istikamah, jawab ibunda Gita, dibawakan dengan eskpresi tingkat dewa oleh Cut Mini.
Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, Rentang Kisah mampu menjadi film keluarga penghangat hati. Simpel dan menyentuh. Tidak tayang di bioskop mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir, Anda bisa menyaksikannya di platform digital Disney+ Hotstar mulai September 2020.
Demikian ulasan mengenai contoh teks resensi. Semoga bermanfaat!