25 Dongeng Sebelum Tidur, Banyak Pesan Moral untuk Anak

Wikku D Nugroho
25 Dongeng Sebelum Tidur, Banyak Pesan Moral untuk Anak (Freepik)

22. Dongeng Anak Si Kancil dan Siput

Pada suatu hari yang cerah, Kancil sedang berjalan dengan santai di pinggir sungai. Disana ia bertemu dengan Siput yang merangkak dengan lambat. Kancil lalu datang menghampiri Siput dengan langkah yang angkuh.

"Hai Siput," kata Kancil dengan sombong. "Apakah kamu berani adu cepat denganku?"

Mendengar pertanyaan itu, Siput tentu saja terkejut. Ia merasa diejek oleh Kancil. Walaupun begitu, Siput menerima ajakan Kancil.

"Baiklah, Kancil," kata Siput yang menerima ajakan Kancil. "Aku terima ajakanmu. Tapi jangan malu ya, kalau nanti justru kamu yang sendiri yang kalah."

"Hahahaha," seketika Kancil tertawa mendengar ucapan Siput. "Mana mungkin kamu bisa mengalahkan aku, Siput? Kamu adalah hewan perangkak yang sangat lambat."

Mendengar hal itu, bukannya membatalkan ajakan Kancil, Siput justru makin menantang Kancil. "Baik, tentukan saja kapan kita akan berlomba!"

"Hari Minggu besok, di sini," kata Kancil. "Pasti akan ada yang melihatku memenangkan lomba. Catat itu." Kancil lalu bergegas pergi dengan tertawa.

Sambil menunggu hari perlombaan, Siput mengatur taktik agar Kancil bisa merasakan rasa angkuh dan sombongnya dengan kekalahan. Ia segera mengumpulkan semua siput yang ada di sekitar sungai. Mereka semua tentu saja ingin Kancil kalah.

"Hai teman-temanku, tentu saja kita berkumpul disini untuk membicarakan perlombaan dengan Kancil," kata Siput yang akan berlomba.

"Tapi bagaimana caranya? Kita memang sudah pasti kalah, karena kita merangkak dengan lambat," kata siput yang lain.

"Kita harus membagi tugas," kata Siput. "Kalian harus berpencar di setiap rerumputan di pinggir sungai, sampai garis finish. Nanti kalau dipanggil Kancil, kalian harus jawab."

"Ide yang cerdas! Kita akan menang!"

Akhirnya datang hari perlombaan. Semua siput sudah siap di posisinya masing-masing. Penonton bersorak sorai. Ada yang mendukung kancil, ada juga yang mendukung siput. Hingga bendera diangkat, tanda lomba dimulai.

Begitu lomba dimulai, Kancil berlari dengan sangat kencang. Semua tenaga ia kerahkan agar bisa memenangkan perlombaan itu. Tapi setelah berlari sekian kilometer, napasnya mulai terengah-engah dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.

Namun ketika ia baru saja akan duduk, ia melihat Siput berjalan.

"Siput!" kata Kancil.

"Ya, aku di sini, Kancil," kata Siput yang berjalan di depan Kancil.

Kancil lalu berlari kencang meninggalkan siput itu. Dia mulai kehabisan tenaga ketika sampai di pohon besar yang rindang. Kancil kembali duduk untuk beristirahat. Tapi Siput datang melewatinya.

"Siput!" kata Kancil.

"Ya, aku di sini, Kancil," begitu seterusnya yang terjadi. Hingga Kancil kelelahan dan Siput memenangkan perlombaan.

Di garis finis, Kancil mengakui kekalahannya. Sementara, Siput yang memenangkan perlombaan hanya tersenyum tipis. Siput tidak merayakan kemenangan dengan berlebihan.

Pesan moral: Kita harus berani mengakui kekalahan ya.

23. Dongeng Sebelum Tidur: Batu Menangis

Alkisah, di sebuah desa terpencil hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita bernama Darmi. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa.

Darmi memang cantik, parasnya indah menawan. Namun, tingkah lakunya sangatlah tidak cantik dan sifatnya sangatlah tidak menarik.

Setiap hari Darmi selalu bersolek di kamarnya. Ia tidak pernah mau membantu ibunya sedikit pun membereskan isi rumah. Kamarnya selalu berantakan. Darmi tidak peduli akan hal itu, ia hanya peduli pada wajahnya yang cantik jelita tiada terkira haruslah selalu tampil sempurna.

Ibunya Darmi yang sudah tua, setiap hari selalu bekerja keras demi mendapatkan uang. Apapun jenis pekerjaannya, selama itu halal, akan ia kerjakan. Semua itu ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Darmi, anak semata wayangnya.

Ibunya Darmi juga kerap diperlakukan seperti pembantu. Setiap ditanya siapa yang berjalan di belakangmu, ia selalu menjawab bahwa ibunya adalah budaknya.

Mendengar hal itu terus menerus, Ibu Darmi merasa sakit hati hingga berdo'a. Secara perlahan Darmi berubah menjadi batu. Ia terus menangis dan memohon kepada ibunya. Namun, semua sudah terlambat. Kini tubuhnya berubah menjadi batu yang terus mengeluarkan air mata.

Pesan moral: Menyiratkan nasihat agar senantiasa hormat dan berbakti kepada orang tua. Dongeng tersebut dikutip dari buku yang berjudul Batu Menangis oleh Noor H. Dee.

24. Bawang Merah dan Bawang Putih

Dahulu kala, hiduplah Bawang Putih dan saudara tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal ketika ia masih bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak bernama Bawang Merah.

Tak berselang lama, ayahnya pun meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih amat menyedihkan. Kesehariannya, Bawang Putih selalu diminta untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.

Suatu hari ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut. 

Bawang Putih pun bingung sampai akhirnya bertemu dengan seorang nenek yang mengatakan kalau ia menyimpan baju yang hanyut itu dan akan mengembalikannya dengan satu syarat. 

Bawang Putih harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bawang Putih pun menuruti.

Setelah selesai, nenek itu mengembalikan baju ibu tirinya. Nenek itu juga memberinya hadiah. Bawang Putih harus memilih salah satu labu untuk dibawa pulang, ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih yang kecil. Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya ia beserta ibu dan saudara tirinya, ternyata labu itu berisi banyak perhiasan.

Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang Putih. Ia pura-pura menghanyutkan pakaiannya. Kemudian, memilih labu yang besar. Ketika dibuka labu itu malah berisi ular.

Bawang Merah dan ibunya pun merasa itu adalah bentuk teguran dari Tuhan untuk mereka karena sudah memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka menyadari semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.

Pesan moral: Tidak boleh berperilaku buruk terhadap orang lain dan memiliki sifat serakah.

25. Cerita Dongeng Petani Serakah

Pak Petani selalu ingin mendapatkan banyak uang. Pada musim semi, ia berseru kepada Tuhan, "Jika hari cerah, aku akan menuai gandumku."

Pada hari berikutnya, matahari bersinar cerah. Pak Petani pun menuai sebagian gandumnya. Setelah itu, ia berseru kepada Tuhan lagi, "Seandainya hari ini hujan, pasti baik untuk gandumku yang lain."

Esok harinya turun hujan. Pak Petani berkata, "Jika hujannya lebih lebat, gandumku pasti lebih cepat tumbuh". Pada hari berikutnya hujan kembali turun.

Musim panas tiba, Pak Petani memanen gandum dan menumpuknya menjadi satu di ladang. Selesai bekerja, Pak Petani berkata, "Tuhan, seandainya Kau memberi lebih banyak hujan pasti hasil panenku jauh lebih besar dari ini."

Musim panas masih berlangsung. Pak Petani ingin segera menanam gandum. Ia berseru dengan kesal, "Mengapa Engkau tidak memberiku lebih banyak hujan, Tuhan? Berilah hujan sehingga aku bisa menanam gandum dan memanennya!"

Tuhan kemudian menurunkan hujan yang sangat lebat hingga berhari-hari. Banjir melanda ladang Pak Petani. Seluruh gandum Pak Petani hanyut terbawa air.

Pesan moral: Selalu bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan. Nikmatilah apa yang ada.

Demikian ulasan mengenai dongeng sebelum tidur. Semoga bermanfaat!

Editor : Komaruddin Bagja
Artikel Terkait
Seleb
12 hari lalu

Viral Jisoo BLACKPINK Tulis Bahasa Indonesia di Postingan Instagram, Fans Histeris!

Nasional
1 bulan lalu

10 Contoh Soal Kalimat Efektif dan Pembahasannya

Nasional
4 bulan lalu

6 Teks Anekdot Sindiran dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Wajib Diketahui Siswa

Nasional
4 bulan lalu

Contoh Kalimat Objektif dan Subjektif dalam Pelajaran Bahasa Indonesia

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal