JAKARTA, iNews.id - Masih menjadi misteri terkait siapa yang terlebih dahulu mendiami Jawa. Hal tersebut dapat dilihat dari jejak manusia purba di Jawa hingga kerajaan tertua di Nusantara. Berita terpopuler lainnya adalah jembatan Kretek II Bantul dibuka.
Berikut rangkuman berita terpopuler pada Senin (26/12/2022):
1. Siapa yang Lebih Dulu Mendiami Jawa?
Siapa yang terlebih dahulu mendiami Jawa? Persoalan tersebut menjadi teka-teki yang belum terpecahkan. Berikut siapa yang lebih dulu mendiami Jawa, Sunda atau Jawa bisa dilihat dari jejak manusia purba di Pulau Jawa, yaitu penemuan manusia Bumiayu berupa potongan fosil tulang paha, rahang, hingga akar gigi manusia purba (Homo Erectus). Fosil yang diperkirakan berumur 1,8 juta atau 300.000 tahun lebih tua dibanding Homo Erectus yang berasal dari Sangiran. Homo Erectus Sangiran 17 serta Homo Erectus Skull IX adalah fosil yang ditemukan di Pulau Jawa. Pada 1950-1970 juga banyak ditemukan penemuan fosil di daerah Sangiran, Sambungmacan serta Ngawi. Selain itu, juga bisa dilihat dari kisah Suku Jawa bahwa nenek moyangnya mulai datang pada 450 SM hingga 78 M. 500 tahun berikutnya, penguasaan Kerajaan Kling, yaitu Brahmani Wati dapat menaklukkan Pulau Jawa. Kemudian Suku Sunda melahirkan peradaban besar di Nusantara. Kerajaan Salakanagara menjadi salah satu bukti Suku Sunda mempunyai pengaruh pada abad ke-2 hingga ke-3 M. Kerajaan Salakanagara diyakini sebagai leluhur Suku Sunda. Jawabannya siapa yang terlebih dahulu mendiami Jawa ini kembali kepada Anda, patokannya apakah berdasar penemuan fosil atau kerajaan tertua di Nusantara.
2. Lampung Menggunakan Bahasa Apa?
Lampung mempunyai bahasa lokal sendiri. Bahasa Lampung adalah bahasa ibu buat masyarakat berjuluk Sai Bumi Ruwa Jurai. Diketahui, Bahasa Lampung dibagi menjadi dua, yatu Pepaduan serta Saibatin. Perbedaan kedua bahasa tersebut tergantuk letak geografis. Biasanya Bahasa Lampung Pepadun menggunakan dialek nyow. Bahasa tersebut digunakan masyarakat Lampung di wilayah nonpesisir. Sedangkan Bahasa Lampung Saibatin menggunakan dialek api dan digunakan oleh masyarakat pesisir. Saat ini, Bahasa Lampung jarang digunakan. Masyarakat Lampung menggunakannya hanya saat berkomunikasi di keluarga, sesama masyarakat Lampung hingga acara adat.