Selain itu, dilihat dari partisipasi berbasis gender, data menunjukkan partisipasi program masih didominasi perempuan (62,2%), sedangkan laki-laki hanya 37,7%. Hal ini mengindikasikan bahwa peran sosial, serta keterbatasan akses berbasis gender masih memengaruhi keterlibatan dalam layanan kesehatan.
Di Indonesia, gender merupakan determinan penting dalam kesehatan berinteraksi dengan faktor biologis maupun sosial yang memengaruhi risiko dan kerentanan kesehatan. Oleh karena itu, kebijakan dan program seperti pemeriksaan kesehatan gratis perlu mempertimbangkan secara serius perbedaan kebutuhan laki-laki dan perempuan.
“Data menunjukkan antusiasme masyarakat cukup tinggi, terutama dari kalangan perempuan yang mendominasi partisipasi. Program ini tentu patut diapresiasi karena telah membuka akses layanan dasar bagi jutaan warga. Namun, ketimpangan wilayah dan kesenjangan partisipasi gender tetap menjadi catatan serius yang harus segera ditindaklanjuti,” tambah Sri Gusni.
Partai Perindo juga menyoroti proses pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) masih menghadapi sejumlah tantangan penting. Dalam beberapa wilayah masih ditemukan ketidaksesuaian standar layanan baik dari sisi prosedur pemeriksaan, dan keterbatasan alat kesehatan.
Begitu pula ada kendala berupa keterbatasan ketersediaan SDM kesehatan terlatih, yang berdampak pada kualitas layanan. Sebagai contoh, program CKG di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, sempat terkendala karena alat pemeriksaan tidak tersedia secara memadai.
Lebih lanjut, hasil temuan sejauh ini mengungkapkan bahwa masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan adalah masalah gigi, hipertensi, diabetes, dan obesitas. Menyoroti hal ini, Partai Perindo mendorong adanya pendampingan pemberian edukasi upaya pengelolaan gaya hidup sehat serta tindak lanjut yang jelas terhadap hasil pemeriksaan tersebut.