Rima sudah pulang dari sekolah pada sore hari dengan wajah yang lesu.
Kakak : “Bagaimana hari ini di sekolahmu, kenapa kau tampak murung?”
Rima : “Hari ini ada ujian di sekolahku, dan aku hanya bisa menjawab 1 soal dari 10 soal.”
Kakak : “Sudah tidak apa-apa, yang penting kamu sudah mengisi semua soal ujiannya.”
Kakak pun menghibur Rima dengan memberikannya ice cream.
Rima : “Maksudku, Rima cuma bisa mengerjakan 1 soal dan yang 9 soalnya lagi enggak.”
Rima dipanggil guru ketika sedang di dalam kelas.
Ibu guru : “Rima, ibu tidak melihat jawabanmu di essay. Hanya terdapat tulisan benar.”
Rima : “Kan sesuai dengan perintahnya bu. Perintahnya tertulis bahwa harus mengisi setiap jawaban dengan benar. Jadi saya, tulis jawaban benar di essay.”
Dikutip dari buku Teks Anekdot, karya Millah Af’idah dan Silvia Sri, berikut contoh teks anekdot sindiran politik:
Di suatu siang, ada dua anak-anak yang tengah bercanda di bawah pohon rindang.
Bagus : “Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?”
Anton : “Kursi goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur. Saat tidur, orang akan lupa.”
Bagus : (Tertawa) “Meski lucu, tapi jawabanmu salah.”
Anton : “Hmm… kursi apa, ya?”
Bagus : “Jawabannya adalah kursi DPR!”
Anton : “Lho, kok begitu?”
Bagus : “Jelas, lah! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi DPR, banyak caleg yang berjanji macam-macam agar masyarakat memilih mereka. Tapi setelah merasakan kursi DPR, sekejap saja mereka hilang ingatan akan janji-janinya.”
Anton :”Oh iya, betul juga.”
Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah ruangan kelas sedang berlangsung proses pembelajaran. Dikarenakan kondisinya begitu santai, sang guru pun terlibat percakapan dengan satu di antara muridnya.
Murid: “Bu, ibu guru tanya, Bu!”
Ibu Guru: “Ya silakan, apa yang ingin kamu tanyakan, Ndi?”
Murid: “Bu guru, sebenarnya boleh tidak seseorang dihukum karena perbuatan yang belum dilakukan?”
Ibu Guru: “Ya jelas tidak boleh dong. Seseorang itu baru boleh dihukum apabila dia terbukti bersalah, Ndi.”
Murid: “Alhamdulillah Bu, jadi saya bebas hukuman ya, Bu? Soalnya saya belum mengerjakan PR.”
Ibu Guru: “Oohhh.. Dasar bocah!”