Kariernya makin mengilap dengan menjabat wakil KSAD dan akhirnya KSAD (1993-1995). Pengalaman tempur Wismoyo beragam. Ipar Pak Harto ini turut terlibat dalam penumpasan gerakan Paraku (sayap bersenjata NKCP, organisasi komunis di Sarawak)/PGRS di Kalimantan Barat. Kisah Wismoyo bersama pasukannya yang pernah berjalan berkilo-kilometer di belantara Kalimantan dalam kondisi berpuasa pernah diceritakan mantan Kepala BIN AM Hendropriyono.
Hendro tak kuasa menahan kesedihan saat menerima kabar Wismoyo wafat 28 Januari 2021. Hendro mengaku sangat menghormati dan bangga dengan seniornya tersebut. Mereka pernah bekerja sama, baik di militer maupun di PB Persatuan Judo Seluruh Indonesia.
2. Kuntara
Kuntara merupakan rekan seangkatan Wismoyo Arismunandar di Akmil 1963. Rekan angkatannya yang lain semisal Sintong Panjaitan dan mantan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman.
Seperti Wismoyo dan Sintong, Kuntara juga dibesarkan di Korps Baret Merah. Dia menjadi bagian dari pasukan Sintong dalam Operasi Woyla untuk membebaskan sandera di Pesawat Garuda yang dibajak kelompok teroris Komando Jihad.
Kuntara dipercaya sebagai Wadanjen Kopassus pada 1983-1987 dan Danjen Kopassus (1988-1992). Dari Korps Baret Merah, dia dipromosikan sebagai Pangkostrad (1992-1994). Pangkat terakhirnya Letjen TNI (Purn).
3. Tarub
Baret Hijau Kostrad dan Baret Merah pernah tersemat pada Letjen TNI (Purn) Tarub. Lulusan Akmil 1965 ini pernah menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri Linud 3 Kostrad (1986-1987).
Setelah itu penugasannya banyak di Papua dengan menjabat Danrem 171 Manokwari (1987-1988) serta Danrem 172 Abepura (1988-1989). Dari Papua, dia dipromosikan sebagai Wadanjen Kopassus (1989-1992) dan berlanjut sebagai Danjen Kopassus (1992-1993).
Tarub kembali dipercaya ke teritorial dengan menjabat Pangdam VIII/Trikora (1993-1994) dan selanjutnya Pangkostrad (1994-1995). Jabatan terakhirnya sebelum purna tugas yakni Kepala Staf Umum ABRI (1996-1998).
4. Prabowo Subianto
Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto menimba ilmu di Akmil Magelang dan lulusan pada 1974. Dia termasuk salah satu prajurit dengan karier mentereng. Putra begawan ekonomi Indonesia Soemitro Djojohadikoeosoemo ini memilih Korps Baret Merah sebagai medan laga seusai pendidikan Taruna.
Penugasan pertamanya yaitu komandan pleton pada Grup I/Para Komando yang menjadi bagian dari pasukan operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Dalam rekam jejaknya dia juga pernah terlibat dalam Operasi Mapenduma untuk membebaskan para peneliti yang disandera gerombolan OPM di Papua.
Karier militer Prabowo melejit. Pada 1993 dia ditunjuk sebagai Danjen Kopassus. Salah satu warisan monumentalnya yakni Ekspedisi Kopassus ke Gunung Everest pada 1997.