Johannes Abraham Dimara lahir pada 16 April 1916 di Korem, Biak Utara, Papua. Sebagai putra asli Papua, ia terlibat aktif dalam perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Indonesia.
Pada tahun 1946, ia terlibat dalam pengibaran bendera Merah Putih di Pulau Buru, Maluku. Kemudian pada tahun 1950, ia mendirikan Organisasi Pembebasan Irian Barat (OPI), yang berperan penting dalam perjuangan mengusir Belanda dari Papua.
Johannes menjadi anggota TNI dan ditangkap oleh tentara Belanda pada 1954. Ia dibuang ke Digul dan baru dibebaskan pada 1960 setelah Proklamasi Trikora oleh Presiden Soekarno.
Pada 1962, Johannes ikut serta dalam delegasi Indonesia dalam Perundingan New York yang akhirnya menghasilkan kesepakatan pengembalian Irian Barat ke Indonesia. Atas perjuangannya, Johannes Abraham Dimara dianugerahi gelar Pahlawan Nasional setelah wafat pada 20 Oktober 2000.
Sultan Baabullah Datu Syah adalah pemimpin Kesultanan Ternate yang berjasa besar dalam mengusir penjajah Portugis dari Maluku. Ia merupakan putra tertua Sultan Khairun Jamil yang memerintah pada 1535-1570.
Setelah kematian ayahnya, Sultan Baabullah bertekad untuk mengusir Portugis dari Ternate yang telah menguasai wilayah tersebut. Sultan Baabullah mengajak raja-raja lain di Maluku untuk bersatu melawan Portugis.
Pada 1570, ia memimpin pengepungan Benteng Gamlamo, yang mengakhiri kekuasaan Portugis di Ternate. Keberhasilannya berlanjut dengan pengusiran Portugis dari Ambon dan beberapa wilayah lainnya.
Pada tahun 1575, Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis secara permanen dari Ternate dan menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan cengkih yang berkembang pesat. Selain itu, ia juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Inggris dan memimpin perlawanan terhadap Spanyol di Filipina.
Sultan Baabullah dikenang sebagai pemimpin yang memperluas pengaruh Ternate di wilayah Maluku, Sangihe, dan bahkan sebagian Sulawesi.