Di kawasan utara Pulau Jawa, khususnya Jakarta, penurunan muka tanah dan kenaikan permukaan laut menjadi ancaman nyata bagi jutaan warga. Sebagai respons, Indonesia tengah mengembangkan Proyek Tanggul Laut Raksasa, sebuah kolaborasi multinasional untuk melindungi pesisir dan zona ekonomi vital. AHY menyebut proyek ini sebagai simbol komitmen nasional dalam menghadapi krisis iklim.
Persoalan sampah juga menjadi perhatian utama. Indonesia, menurut AHY, menghasilkan lebih dari 64 juta ton sampah per tahun, dengan sebagian besar belum terkelola dengan baik.
AHY menekankan pentingnya pengembangan fasilitas waste-to-energy untuk mengubah sampah menjadi sumber listrik, sekaligus mengurangi beban tempat pembuangan akhir, mendiversifikasi energi, dan memperkuat ekonomi sirkular.
Terkait urbanisasi, AHY mencatat bahwa saat ini lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, dan angka ini diprediksi mencapai 70 persen pada tahun 2045. Dia menggarisbawahi pentingnya terobosan kebijakan dan skema pembiayaan agar sektor perumahan dapat menjadi motor pertumbuhan hijau dan keadilan sosial.
“Tantangannya bukan hanya membangun rumah, tetapi juga membangun komunitas yang tahan iklim dan terhubung dengan baik,” ucap AHY.