JAKARTA, iNews.id – Meski belum lama menjabat, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto dinilai langsung mendongkrak citra baik partai berlambang pohon beringin tersebut.
Bahkan, elektabilitas Partai Golkar ikut naik berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Elektabilitas Golkar berada di bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat ini sebesar 22.2 persen, lebih besar dari perolehan suaranya di Pemilu 2014 yakni 18.95 persen. Kemudian, elektabilitas Partai Golkar sebesar 15.5 persen, lebih besar dari perolehan suaranya di pemilu 2014 yaitu sebesar 14.75 persen. Elektabilitas partai lainnya rata-rata di bawah perolehan suaranya di pemilu 2014.
“Pasca pergantian kepemimpinan, elektabilitas partai Golkar mulai membaik dan menunjukan tren kenaikan," kata Peneliti LSI Rully Akbar di Kantor LSI, Rawangun, Jakarta Timur, Rabu (24/1/2018).
Meski di bawah PDIP, tren survei Partai Golkar terus naik. Sebaliknya, PDIP terus menurun. Menurut LSI, sosok Airlangga Hartarto memberi harapan bagi Partai Golkar lantaran dinilai bersih dan berintegritas.
“Sosok Airlangga dianggap faktor pembaharu Golkar yang bisa pembawa harapan baru. Program Partai Golkar juga disukai, yaitu harga sembako terjangkau, memperluas lapangan kerja, rumah mudah akses dan terjangkau,” kata Rully Akbar.
Rully mengatakan, Airlangga juga menjadi sosok yang kuat bagi Golkar karena berasosiasi dengan kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi). “Masuknya Golkar ke pemerintahan menunjukkan Golkar berada di pemerintahan Jokowi,” katanya.
Pada survei LSI Denny JA, bulan Agustus 2017, elektabilitas partai Golkar saat itu sebesar 11.6 persen, berada diperingkat ketiga di bawah Partai Gerindra. Kemudian pada Desember 2017, elektabilitas partai beringin berhasil naik menjadi 13.8 persen. Tren kenaikan Partai Golkar kembali terjadi pada Januari 2018 menjadi 15.5 persen.
Sebaliknya, PDIP justru mengalami penurunan. Pada survei LSI Denny JA, Agustus 2017, elektabilitas PDIP berada di angka 28.3 persen. Naik cukup besar dari perolehan suaranya dalam Pemilu 2014. Namun, elektabilitas PDIP justru mengalami penurunan yaitu di angka 22.7 persen pada Desember 2017.
Memasuki Januari 2018, elektabilitas PDIP kembali turun sebesar 22.2 persen. Rully menjelaskan, terdapat tiga alasan penurunan elektabilitas partai berlambang moncong putih itu. Pertama, konsituen yang sebelumnya memilih PDIP kembali lagi mencoblos Partai Golkar lantaran melihat adanya perubahan setelah dipimpin Airlangga Hartanto.
"Migrasi pemilih antara PDIP dan Golkar bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki platform partai yang sama yaitu nasionalis, dan juga memiliki basis dukungan tradisional yang sama yaitu pemilih menengah bawah," jelasnya.