“Membelah itu syaratnya adalah ekstremisme. Dan ekstremisme itu adalah pendekatan ketakutan atau intimidasi dari masyarakat. Politik pecah belah adalah politik fear yang dimainkan. Oleh karena itu kita tidak ingin politik fear yang dimainkan. Tetapi, politik yang optimistis politik kemajuan,” tutur Airlangga.
Selain itu, Menko Perekonomian itu menyinggung masih banyak tantangan yang harus dihadapi, pasca pandemi ini. Meski beberapa negara sudah menyatakan peralihan dari pandemi ke endemi, tetapi keberadaan virus akan selalu ada.
Menurut Airlangga, berbagai tantangan itu juga menjadi topik utama dalam G20 dimana Indonesia sebagai presidensi. Seperti mendorong pembangunan arsitektur kesehatan dan juga transisi energi berkelanjutan yang ramah lingkungan.
“Indonesia sekarang memimpin G20. Di mana G20 yang utama adalah mendorong arsitektur kesehatan. Pemerintah ikut mendorong negara lain untuk komit. Selama ini terjadi ketidakadilan dalam vaksin. Terkait dengan transisi energi, kita lihat bauran energi kita memang energi hijau itu ditargetkan lebih dari 23 persen. Sekarang masih 60 persen berbasis fosil,” ujarnya.
Airlangga juga menyebut tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam jangka pendek, yaitu membawa Indonesia keluar dari middle income trap (jebakan pendapatan kelas menengah). Untuk membawa keluar dari masalah itu, Indonesia butuh partai politik yang sudah pengalaman dalam pembangunan Indonesia.