Kelima, setelah memberikan edukasi politik, partai politik harus dapat mensisipkan informasi mengenai pemilu dan mendorong agar generasi muda tidak menjadi golongan putih (golput) dan mengunakan hak suara mereka di Pemilu 2024.
"Banyak partai-partai politik lupa mengedukasi hal buruk yang akan terjadi jika golput. Contoh, nanti suara mereka dipakai oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan hak-hak suara mereka disalahgunakan apabila golput," ujarnya.
Sebelumnya, Ravena juga menjelaskan masalah sebenarnya generasi muda itu enggan berpolitik karena stereotipe yang menyebutkan parpol tempat menelurkan pejabat korupsi.
Imbasnya, generasi muda menjadi golput dan tidak mengunakan hak suara mereka.
"Mereka menganggap parpol itu tidak penting, karena suara-suara mereka ini tidak didengar. Ketika sudah menjabat hanya janji-janji palsu. Akhirnya anak-anak muda ini tidak menentuhkan pilihannya dan golput gitu," ungkap Ravena.
Faktor ketidakpercayaan dan mengubah stereotipe parpol di mata generasi muda menjadi pekerjaan rumah yang serius dilakukan setiap pelaku parpol.
"Ini menjadi PR partai-partai politik. Ajaklah, gaetlah, didiklah, edukasilah generasi-generasi muda dan gimana caranya parpol merubah mindset anak muda," katanya.